Rabu, 20 Maret 2013

bu edi listrikku....

Ini adalah pengalaman saya dengan Bu Edi, tetangga saya. Waktu itu kira-kira jam 9 pagi saya berniat mau kerumahnya untuk membayar listrik karena memang dibantu oleh beliau dengan menyalur listrik di rumahnya krn kebetulan belum pasang listrik sendiri... Trus sesampai dirumahnya ternyata sepi sekali. Aku kira tidak ada orang di rumah. Tapi aku liat pagar tidak dikunci, jadi inisiatif aku buka aja kemudian aku ketuk pintu rumah bu Edi... "Pagi bu" sapaku "Eh, mas leo…,masuk.." Aku pun langsung masuk kedalam rumah, kulihat Bu Edi pagi itu begitu seksi dengan menggunakan daster tanpa lengan yang serba tipis dan mini sehingga terlihat tubuh bu edi yang montok.."Wah kalo kayak gini bisa kacau ni otak…" kataku dalam hati "Ini bu, saya mau bayar listrik untuk bulan ini dan bulan depan. Saya dobel aja, kebetulan ada rejeki…" aku memulai pembicaraan. "Oalah….kenapa kok pake didobel segala sih mas?? Gak apa2 kok bayar satu aja dulu, khan tanggalnya jg msh muda gini, barangkali ada keperluan mendadak khan bisa dipakai dulu…" katanya. "Ah gak apa2 kok bu. Mumpung lagi ada aja. Daripada ntar kepakai bln depan saya jd bingung bayarnya…." Jawabku. "Mas leo ini bisa aja..masalah itu mah gampang mas bisa diatur...lagian tetangga dekat aja kok. Santai aja lah” serunya ramah. "Iya bu gak apa kok…dibayar dobel aja." Kataku lagi. "Kalo gitu tunggu ya,,ibu ambil catatannya dulu..Oh iya mas leo mau minum apa? Panas apa dingin??" tanyanya lagi. “Ah gak usah repot2 bu….bentar lagi juga pulang kok..” seruku. “Udah gak apa2…kopi ya?? Biar gak buru2 pulang…” katanya lagi. “Boleh deh bu, terima kasih…..” jawabku sambil tersenyum. Ibu Edi pun langsung masuk kedapur, Sementara aku hanya terdiam sambil menghitung uang dari dompetku untuk memastikannya tidak kurang. Ibu Edi keluar dari dapur dengan membawa secangkir kopi. "Silakan diminum mas…" “Terima kasih bu..” Jawabku. Bu Edi duduk disampingku sambil membuka2 lembaran buku catatan pembayaran listrik bulan lalu. Aku mencium aroma wangi sekali, ditambah pemandangan indah krn daster bu edi agak rendah sehingga aku bisa melihat belahan dadanya yg putih dan padat berisi. Nampaknya bu edi baru selesai mandi. Aku merasakan ****** aku mulai membesar melihat pemandangan yahud ini… "Nah ini mas, totalnya masih sama seperti bulan kemarin, delapan puluh lima ribu. Jadi dibayar dobel kah?" Aku agak terkejut karena pikiranku masih melayang entah kemana. "Eh….oh…iya bu, jadi bayar dobel. Berarti totalnya berapa bu??” Jawabku sekenanya. "Berarti ya seratus tujuh puluh ribu…” kata bu edi sambil senyum. “Oh…eh….ii….iya bu saya bayar semua. Ini a…ada dua ratus ribu saya titipkan semua aja..” kataku gugup. Bagaimana tidak. Ketika menyebutkan jumlah tadi, pose bu edi sangat menantang, dengan belahan dada yg nampak jelas dan paha yg menganga.. "Lho kok kaget?? Kenapa?? Dibayar satu dulu aja gak apa2 kok mas" katanya. “eh…anu….nggak kok bu. Beneran saya ada kok. Saya bayar semua aja..” kataku sambil melirik belahan dada bu edi yg begitu menantang.. Nampaknya bu edi mengetahui aku menyelidiki dadanya yg sekal itu..Namun bu edi hanya tersenyum tanpa berusaha menutupinya. “Ya udah kalo gitu gak apa2 deh. Emang mas leo liatin apa sih koq kayaknya jadi gak konsentrasi gitu??” "Oh…eh…nggak kok bu.., anu...." aduh aku mulai bingung, sementara bu edi tersenyum memandang ku. “Kopinya diminum gih mas,, keburu dingin lho” serunya sambil tersenyum. “Masalah duitnya ntar aja deh, keliatannya mas leo lagi bingung gitu...” katanya sambil tersenyum nakal. Tiba2 bu edi menyentuh pahaku, “dari tadi ngliatin ini aja kenapa mas??” Tanya bu edi sambil menunjuk dadanya. “Oh….eh….anu…itu….gak sengaja bu…” jawabku makin gugup “Gak sengaja apa gak sengaja?? Koq diliatin terus sampai gak berkedip gitu..?” katanya sambil semakin mendekat ke aku. “Suka ya???” Tanyanya lagi “Mau??” aku semakin tidak bisa menjawab. Tapi kontolku semakin tegang krn bu edi mengelus-elus pahaku. "Eh..m..m…maksud ibu??” Srup bibirnya bu edi langsung melumat bibirku dan tangannya meramas-remas ****** ku, pikiranku sangat kacau, aku masih bingung dan belum percaya kalo saat ini aku bermesraan dengan bu edi, yang selalu jadi fantasi sex ku. Birahiku pun mulai bangkit, aku pun mulai meremas-remas payudara bu edi yang tadinya hanya aku liatin saja. Kami saling melumat dan tangan bu edi terus meremas-remas kontolku. Tanganku pun mulai menelusup dari sela-sela daster bu edi dan masuk ke dalam BHnya. Aku mainkan dan aku pilin-pilin puting susu bu edi yang mulai mengeras. "Terus mas leo…ssshhs, enak banget.." dan tangan bu edi mulai membuka celana jeans ku, aku pun membantunya dan kemudian kulepas kaosku sehigga kini tinggal cd yang melekat. "Mas…kita ke kamar aja ya…jangan disini nanti diliat orang.." Dan kemudan mencium bibirku. Bu edi langsung masuk kekamar dan membuka dasternya, tubuh bu edi kini tinggal berbalut BH dan cd saja. Kemudian sambil menatapku nakal bu edi mulai membuka bh dan cd nya. Kini bu edi telah telanjang bulat dihadapanku... "Wow bener2 seksi nih…." Gumamku sambil memelototi tubuh bu edi satu per satu dari atas sampai bawah. Tubuh bu edi memang sangat mulus, kulitnya putih, payudaranya begitu menantang dengan puting kemerahan yg mengacung. Apalagi memek bu edi, begitu indah dengan klitoris yg menonjol, serta tidak ada satu helaipun bulu jembutnya..nampak sehabis dicukur. "Kok malah bengong mas leo….sini dong" Bu Edi duduk di tepi ranjang dan kemudian aku mendekat dan menunduk mencium bibirnya. Tangan bu edi melepaskan cd ku dan keluarlah kontolku. "Waaahhh….. mas…ini besar banget, apa begini ya kalo orang arab?” Kebetulan memang aku keturunan arab….”lebih besar dari punya suamiku nih….wah muat gak ya??" kata bu edi sambil mengelus-elus ****** ku, sesekali dijilati ujung hingga buah pelirku jg tak lepas dari jilatan bu edi. Aku hanya terpejam menikmati servis dari bu edi ini. Bu edi kemudian berdiri dan menciumku kemudian turun kedadaku, putingku di hisap dan dijilati. Ouh..bu enak banget bu, terus bu. Kemudian bu edi berjongkok dihadapan ku dan menjilat kontolku seperti menjilat es krim. Kemudian memasuk kan kontolku kemulutnya. Dia pun mengulum kontolku dengan lihai. Nikmat sekali rasanya, lebih nikmat dari hisapan istriku…. “ahh….Terus bu”, aku pun mulai memompa kontolku didalam mulut bu edi sehingga mulut bu edi terlihat penuh. Sesekali bu edi menggunakan giginya untuk mengulum kontolku…aaaauuhhhh rasanya benar-benar nikmat. Sekitar 10 menit bu edi mengoralku, sebelum akhirnya menciumi buah pelirku, menjilatinya lalu berdiri dan kembali mencium bibirku. Ternyata bu edi sangat menyenangi foreplay. Terbukti berkali-kali dia menjilat leher hingga belakang telingaku dan memainkan lidahnya di putingku. Bener-bener sensasi yang luar biasa. Aku pun tidak tinggal diam. Kini aku remasi payudara bu edi sambil aku jilat lehernya. Payudara nya jg tak luput dari jilatan dan remasanku sampai aku mulai mengulum putingnya. Bu edi hanya mengeliat-mengeliat dan mendesah mendapat perlakuan ini dariku. Sesekali aku gigit2 kecil putingnya dan bu edi melenguh nikmat karenanya…. Perlahan aku baringkan bu edi sambil terus melumati payudaranya. Ciumanku turun ke perutnya..”Bener2 putih dan perfect tubuh ini” batinku. “Ahhhh…..sssssshshhh…..ouh…..terus mas….ahhhhh….enak banget lidahmu….ahhh….mas leo pinter…..eeehmm..” bu edi mengeliat. Aku pun menjulurkan lidahku ke memeknya, asin, ternyata cairannya bu edi banyak banget keluar. Memek yang kemerahan itu bener-bener basah oleh ludahku yg bercampur lendirnya.. Aku pun mengangkangkan kakinya agar bisa menjilat lebih dalam, ku jilat klitorisnya lalu aku kulum-kulum dan sesekali kugigit pelan-pelan. Ouch...nikmat banget mas……terus…..auhhh…ouhhh…, hisap terus mas…” Aku pun menjilatnya dan kemudian ku masukkan jari ku kadalam memeknya dan bu indah pun menggelinjang keenakan…. Ouch..mas….ahhhhhh….terusin mas…aku gak pernah senikmat ini…...jari kamu enak banget ahhh pinter mas…..shhhh…” Tak lama kemudian bu edi menjepit kepalaku dan menjambak rambutku dan aku pun mepercepat permainan fucking finger ku di memeknya.. "Shhhhh…,uhhhhffff...aku mau keluar mas..oouuuuhh….hisap terus mas….,ohh......" Akupun menghisap kuat kuat lubang kenikmatan itu dan "cret..cret.." Cairan bu edi menyemprot mulutku dan aku pun menjilatnya sampai bersih. Bu edi keliatan lemas….aku pun kembali berjongkok di atas kepala bu edi dan kembali ku sodorkan kontolku.. Bu edi pun menghisap dengan kuat kontolku..aku membalikkan badanku sehingga posisi kami sekarang 69, aku menahan badanku dengan lutut dan terus memompa mulut bu edi. Sementara memek bu edi kembali basah dan aku terus mengelus elusnya. Aku pun memperbaiki posisiku dan kini kami sama-sama berbaring.. Kulumat bibir bu edi yang sensual dan menggemaskan, sambil tanganku memainkan klitorisnya.. "Shh..uhf.. nikmat banget mas…aaahh….masukin sekarang mas….auuhhhh..cepet mas aku udah ga tahan nih..gatel banget rasanya." Bu edi pun kusuruh mengangkang dan mengangkat kakinya kedepan hingga terlipat menyentuh payudaranya... Kini bibir memek bu edi muncul keluar dan menganga seakan berteriak minta dientot. Aku pun mengarahkan kontolku ke vagina bu edi dan mulai menggesek-gesekannya.. ”sssshhhh….aaahh…uuuhhh ayo maas masukin dong…ahhhhh”.. Aku pun menancapkan kontolku dengan cepat masuk ke dalam vagina bu edi yang sudah basah. "Ouhhhh....pelan-pelan mas….ahhhhhhhhhh……kontolmu gede banget mas….". Ternyata memek bu edi masih sempit dan enak banget kontolku serasa dipilin-pilin. Aku pun memompa terus memek bu edi...semakin lama semakin cepat.. "Ouh..terus mas…..iih…ahhh….sshhhh…”. Kemudian aku berhenti dan menancapkan kontolku sedalam-dalamnya lalu aku diamkan…..aku ciumin payudara bu edi...lalu aku kulum putingnya…Dan secara tiba2 aku goyang lagi dengan gerakan menekan dan memutar. “Shhhhhh…..ahhhhhh,,,masss pinter banget kamu…a.oooohhh…..enak mas….” Bu edi meracau tak karuan. Kemudian tubuh bu edi mengejang dan kontolku terasa dijepit kuat sekali.. "Ouh..aku keluar lagi mas…..enak mas…..enak banget," Aku pun membalikkan badan bu edi dan ternyata bu edi langsung mengerti apa mauku dan dia pun langsung menungging dan kini kami dogy style..aku pun memasukan kontolku kedalam memek bu edi.. "Ouhh…..mas….kamu kuat banget….ahhhhhh…..leo…..terus sayang…..nikmat banget " Aku terus memompa memek bu edi sambil meremas-remas payudara bu edi yang bergelantungan.. ”Ouh..ahh..terus mas….,aku gak tahan lagi mas….ahhhhh….. “ rintih bu edi. Aku pun merasa ada yang mau keluar dari kontolku,,,,aku semakin mempercepat kocokanku di memek bu edi. “huffft….aahhh….oh….sayang….aku mau keluar nih…” seruku. Aku tak peduli lagi dengan beda usia kami. Aku panggil bu edi dengan sayang. “ahhhh….uuhhh….iya sayang gak apa-apa terusin aja….shhhshhhh…” teriaknya. Rupanya tak dapat kutahan lebih lama lagi. Dengan tusukan terakhir aku berhenti dan cret…cret…..cret….ahhhh…..sayang…..uuuhhhh” teriakku mengiringi semprotan spermaku ke memek bu edi. “Auuuuuuuhhhh……oooooohhhh……” rintih bu edi. Aku merasa ada rasa hangat di sekujur kontolku…nampaknya bu edi orgasme lagi.. “aahh….” Kami berdua rebahan di kasur…bu edi tersenyum puas…lalu aku kecup bibirnya….. “makasih mas……enak bgt…..” ujar bu edi. “Iya sayang….aku juga merasa enak bgt….puaaaassss sama km….” seruku sambil lalu mengulum bibirnya lagi. Tanganku mulai meraba payudaranya lagi. “mas….aahhhh udah dulu mas…..capek….ssshhh..” “Iya sayang,,,,aku cm gemes aja sama ini …” jawabku sambil mencubit payudaranya.. Kami pun berpakaian lagi. Ketika hendak pamit, bu edi melumat bibirku dan meremas kontolku…. “Uangnya dibawa aja dulu ya…..bln depan aja bayarnya…..” kata bu edi di sela2 ciuman kami. “Aku balas meremas payudaranya lalu aku kulum lagi bibirnya. “kalo bulan depan kelamaan….ini gak betah “ kataku sambil menunjuk kontolku. “Iya gampang….ntar aku sms kalo rumah lagi sepi….ok sayang…..”jawabnya.. “Dengan senang hati” jawabku dan aku kulum bibirnya lagi sambil aku maikan puting payudaranya…. Aku pun pamitan pulang. Sejak itu kami jadi sering ML kalo rumah bu edi lagi sepi. Bahkan pernah juga di hotel kalo bener2 gak tahan tapi di rumah lagi ada anak-anaknya. Dan aku juga sering dibebaskan bayar listrik karena bu edi puas dengan pelayanan yang aku berikan…

“Aaah…iyahhh Mang, lebih keras dikit…ahhh….aahhhh!!!”

Neng Luisa……” sebuah suara memanggil seorang gadis yang baru saja keluar dari sebuah kelas di salah satu SMU swasta terkenal di ibukota. Saat itu kegiatan belajar mengajar di sekolah baru saja selesai, dan semua siswa-siswi bersiap-siap untuk pulang. Gadis yang dipanggil itu berhenti sejenak lalu memutar tubuhnya ke belakang sambil menatap seorang lelaki setengah baya yang tergopoh-gopoh lari ke arahnya. Melihat siapa yang datang, gadis itu langsung memisahkan diri dengan teman-temannya, lalu mengajak lelaki tadi masuk kembali ke dalam sebuah kelas kosong untuk berbicara 4 mata saja. Nampaknya ada hal yang sangat serius yang mereka obrolin. Sekitar 10 menit mereka mengobrol, kemudian gadis itu keluar dari kelas itu dengan tersenyum penuh arti. Demikian juga lelaki setengah baya itu. Entah apa yang mereka bicarakan. Akhirnya gadis itu kembali menyusul teman-temannya, bersiap-bersiap untuk pulang. Nama gadis itu adalah Luisa. Usianya baru 17 tahun. Ia sekolah di kelas 2 sebuah SMU swasta terkenal di ibukota ini. Luisa merupakan salah satu cewek terpopuler di sekolahnya. Gadis belia itu sangat cantik, dengan hidung mungil yang lucu. Dia memiliki kulit putih bersih yang mulus, mata bulat dengan bulu mata yang lentik dan panjang hitam lurus sepunggung. Gadis manis itu memiliki tubuh mungil khas remaja, dengan dada yang tidak begitu besar namun montok dan menantang serta dihiasi seragam SMU yang ketat, rok yang beberapa centi di atas lutut, dan kaus kaki putih panjang yang menutupi keindahan betisnya. Ya, kecantikan wajah dan tubuhnya, nyaris sempurna, sangat sesuai dengan selera om-om hidung belang. Ditunjang bibirnya tipis menggoda, dan selalu dihiasi senyum nakal remaja, membuatnya sebagai magnet bagi kaum lelaki, termasuk lelaki yang baru saja diajaknya ngobrol di kelas tadi. Lelaki setengah baya yang baru saja berbicara dengan Luisa adalah Mang Hamad. Dia adalah pesuruh sekolah ini yang bertugas antara lain sebagai tukang sapu sekaligus tukang kebun sekolah. Umurnya sudah 52 tahun. Dia bertubuh tinggi besar dan berkulit hitam. Rambutnya yang putih tipis nyaris botak sedangkan kumis dan janggutnya tumbuh liar tak teratur. Tetapi yang paling tidak mengenakan untuk di lihat adalah tampanganya sangat jelek. Tahun ini dia sudah bekerja selama 12 tahun dan dia dipertahankan kepala sekolah karena sangat baik dan rajin. Murid-murid sekolah itupun sangat senang bergaul dengannya yang sangat ramah. ************************ Di sebuah kompleks perumahan Pukul 16.00 Dengan sepeda bututnya, Mang Hamad menyusuri jalan di sebuah perumahan menengah atas. Sepeda itu berhenti di sebuah rumah bertingkat dua dengan taman garasi mobil di sampingnya. Mang Hamad menjulurkan tangannya ke dalam pagar untuk mencari knop bel. Tak lama kemudian dari dalam sana keluar seorang gadis belia dengan senyuman khasnya yang nakal. Gadis itu adalah Luisa. Tubuhnya yang indah itu terbungkus hotpants ketat berwarna putih dan baju berkancing tanpa lengan yang berwarna sama dengan bawahannya. Penampilan sangat seksi dan menggoda sore itu. “Sore mang, yuk masuk!” ajak gadis itu. Maka Hamad pun akhirnya memasukkan juga sepedanya ke dalam setelah Luisa membukakan pagar untuknya. Mang Hamat mengikutinya dari belakang, sesekali matanya menatap pantat gadis itu yang bergoyang kesana-kemari dengan indahnya. Begitu bulat dan padat sempurna bokong itu sampai Mang Hamad gemas ingin meremasnya. Luisa menyuruh Mang Hamad memasukkan sepedanya ke garasi yang kebetulan hari itu kosong, yang menandakan ada yang memakai mobil keluarganya. Kemudian dia mengikuti si empunya rumah memasuki rumah itu setelah melepas alas kaki dan menaruhnya di depan pintu. “Mang Hamad bawa kan barangnya?” tanya Luisa dengan wajah penuh harap. “Bawa neng. Tapi harus cepat-cepat dikembalikan. Takut kepala sekolah tahu” “Tenang aja, cuman bentar kok” jawab Luisa dengan tersenyum puas. “Tapi duit perjanjiannya sudah ada kan neng?” “Santai saja mang. Tapi saya lihat dulu dong apa yang Mang Hamad bawa apa” “Boleh” jawab Mang Hamad seraya mengeluarkan sesuatu dari balik punggunya. “Eh mang, kita lihat di kamar Luisa aja. Ga ada orang kok” kata Luisa lalu mengajak Mang Hamad ke dalam kamarnya. Di dalam kamar, gadis itu lalu duduk di atas ranjangnya yang diikuti Mang Hamad. “Mana mang?” “Ini neng, seperti yang neng minta” kata Mang Hamad tersenyum sambil menyerahkan sebuah map berisi beberapa lembar kertas. Luisa melihat semua isi map itu dan ikut juga tersenyum bahagia. “Benar kan ini yang neng Luisa mau?” “Benar mang. Pintar juga nih si mamang” puji gadis itu “Siapa dulu dong….Hamad bin Abdul Aziz” kelakar pesuruh sekolah tua itu sambil membusungkan dadanya. “Tapi ga ada yang tahu kan?” “Sumpah ga ada neng. Tenang aja. Sekarang mana duit yang neng janjikan” Luisa terdiam sejenak. Dia memang menjanjkan sejumlah uang kepada pesuruh sekolahnya ini untuk “jasa’ yang telah dilakukan Mang Hamad. Tapi terus terang dia tidak menyangka Mang Hamad akan berhasil. Luisa sebenarnya orang yang berada. Uang jajannya terbilang banyak. Orangtuanya selalu memberikan uang jajan setiap bulan (bukan perhari seperti siswa lain), dengan jumlah yang cukup banyak untuk ukuran anak SMA. Hal itu dimaksud agar Luisa jadi disiplin dan bisa me-manage duit sendiri. Tapi sayang, gaya hidup Luisa sangat glamor, suka hura-hura. Dia memang dikenal cukup gaul, modis karena badannya memang bagus dan wajahnyapun cantik. Butuh biaya yang tidak sedikit untuk mendapatkan semua itu, maka maka tak heran baru pertengahan bulan seperti ini dia sudah kehabisan uang. Kalau sudah begitu maka jangan harap ortunya yang disiplin dalam hal keuangan itu akan memberikan uang jajan tambahan. “Mana duitnya neng? Mau mabok-mabokan dulu nih. Hehehe…” pinta Mang Hamad. “eh..gini mang…anu…..” kata Luisa terbata-bata. “Apa? Jangan bilang ga ada duit?” “Bukan begitu. Jadi gini. Duit Luisa lagi ga ada sekarang. Habis kepake. Gimana kalo saya bayar bulan depan?” “Ya elah neng. Tahu gitu ga mau deh mamang ambil resiko kayak gini” “Maaf deh mang…Bulan depan ya…beneran ini uang jajan saya sudah habis nih” kata Luisa memelas. “Masa utang. Kalo gitu ga jadi deh. Cape-cape saya nyolong ini” kata Mang Hamad sambil berdiri dan siap-siap keluar dari kamar. Luisa lalu memutar otak dengan cepat. Dia ga boleh membiarkan Mang Hamad pergi membawa “barang” itu. Karena itu sangat penting baginya. Menyangkut masa depannya. Maka dia bertekad akan melakukan apapun asal dia mendapatkannya. Agaknya terpaksa ia harus memakai cara terakhir, maka dia lalu berdiri dan memanggil Mang Hamad yang sudah di pintu kamarnya. “Mang…..” panggil Luisa pelan, suaranya dibuat sesexy mungkin. Mang Hamad menoleh ke belakang. ---------- “Apa lagi? Pokoknya ada uang ada barang.” katanya. “Jangan gitu dong mang. Lagi ga ada uang. Gimana kalo barang diganti barang?” “emang pasar loak bisa barang diganti barang” “Aku yakin barang yang ini mamang suka deh” kata Luisa menggoda. “Barang apaan?” “Mamang duduk dulu deh di ranjang ini” kata Luisa, dia lalu berjalan ke pintu kamar. “Hei.. neng mau kemana?” Luisa diam saja, pintu kamarnya itu dikuncinya lalu kembali ke arah Mang Hamad yang duduk bengong tak mengerti. Luisa sekarang berhadapan dengan Hamad. Perlahan-lahan dibukanya kaos tanpa lengennya di hadapan pria tua itu sehingga sehingga BH-nya yang warna pink dan perutnya yang mulus dan putih telah terlihat oleh Mang Hamad. Kontan Mang Hamad melotot dan kaget dengan perlakuan gadis itu. Matanya makin melotot saat Luisa juga melepaskan BH-nya, sehingga kini kedua payudaranyas terbuka lebar-lebar dan pria itu bisa melihatnya dengan bebasnya. “Barang yang ini loh yang saya maksud” kata Luisa dengan genit memamerkan dadanya. Memang payudara Luisa betul-betul indah menggoda. Keduanya begitu menantang untuk diraba-raba dan diremas-remas. Sementara kedua putingnya berwarna kemerahan nampak segar menantang untuk dikulum. Mang Hamad masih bengong tak tahu berbuat apa atas perlakukan nekat Luisa. “Mang, bagaimana kalo duit yang saya janjikan diganti dengan tubuh saya? Mang Hamad boleh menikmati tubuh saya sampai mamang puas. Tapi mamang serahkan barang itu” bujuk Luisa. Lalu tangannya menggapai tangan Mang Hamad yang berotot. Tangan Mang Hamad yang masih terbengong lalu ditempelkannya di payudaranya. Tangan kekar dan kasar itu tepat memenuhi payudara Luisa. Tangan Mang Hamad agak basah berkeringat. Tapi tiba-tiba tangan itu meremas payudara Luisa dengan lembut. “Aaahh…gitu…terus… Mang..” desah Luisa manja. “Luisa… tetek kamu indah sekali.. bening banget… kenyal lagi…”. “Asal mamang mau kasih barang itu, mamang boleh kok menikmtinya sampai puas” “Benar nih??” tanya penjaga sekolah itu seolah-olah tak percaya. “Benar Mang” kata Luisa dengan mengarahkan kepala Mang Hamad ke payudaranya. A Mang Hamad yang sudah terangsang mulai mencium payudara Luisa, dicium, dijilat, dikenyot, dihisap dan digigit putingnya yang berwarna kemerahan. “Mang.. aaahhh.. aahhh en… enak.. Mang..” “Iya… neng… pentilnya… manis nih” “Ayo mang nikmatin sepuasmu…ahhhh……” desah Luisa. Sementara payudara Luisa sedang dilahap oleh mulut Mang Hamad, tangannya mulai merambah ke paha gadis itu, dirabanya sebentar paha mulus itu lalu diturunkannya hotpants Luisa ke lantai. Kini Luisa berdiri di kamar itu dengan setengah telanjang di hadapan penjaga sekolah itu dengan hanya memakai celana dalam saja. Sungguh pemandangan yang menggairahkan. Dibantu oleh Luisa, Mang Hamad kemudian meraih celana dalam Luisa dan ditarik ke bawah hingga kaki, otomatis vaginanya yang ranum terpampang jelas dan menyerbakan aroma harum di kamar itu. “Neng Luisa…bau apa ini…wangi sekali…” “Bau ini Mang…kan Luisa baru mandi.” jawab Luisa menunjuk ke kelaminnya “Waaaww… pasti rasanya.. enak.. juga.. ya..” “Kalau Mang Hamad mau… mencoba.. boleh.. kok.. sodok aja sama ****** Mang Hamad.. yang mulai gede…” Luisa melihat batang kemaluan Mang Hamad sudah mulai mendesak dari balik celana yang dikenakannya. Tubuh Luisa lalu dibaringkan di tempat tidur. Mang Hamad melotot melihat tubuhnya yang sudah telanjang bulat, matanya terus menatap ke arah vagina Luisa. Nafasnya berubah menjadi semakin liar. Saat itu benar-benar Luisa tambah begitu sexy dan merangsang mata laki-laki ygmemandangnya. Tubuhnya yang mulus, putih dan kencang itu terpampang di atas ranjang hingga membuat darah menggelegak. “Neng Luisa, ka.. kamu… hgeehh… memek….bagus….sekali…. ka.. kamu… mau.. ya…” “Iya… Mang. selesaikan aja sekarang. Habis itu berikan barangnya ya”. Benar-benar Luisa telah menyerahkan seluruh tubuhnya kepada Hamad demi barang yang belum tahu apa. Lalu Mang Hamad berlutut di depan gadis itu, kepalanya diarahkan ke vaginaanya. Luisa menahan nafas menantikan perlakuan penjaga sekolahnya. “Ooooh. OOHHHHH. Aduuhh. Enaak!!!” Mang Hamad menyapukan lidahnya pada bibir kemaluannya. Lidahnya semakin liar saja, kini lidah itu memasuki liang vaginanya dan bertemu dengan klitorisnya. Badan Luisa bergetar seperti tersengat listrik dengan mata merem-melek. Gadis yang sudah terangsang berat itu mengelus-elus kepala Mang Hamad seraya membuka pahanya lebih lebar, kepalanya menengadah menatap langit-langit kamar. Mang Hamad nampaknya sudah pengalaman menaklukan wanita, dengan jarinya dia buka vagina Luisa sehingga lidahnya dapat menelusuri lebih ke dalam. Selain dengan lidah, Hamad juga mengerjai liang vagina gadis itu dengan jari-jarinya, jadi sambil menjilat jarinya juga aktif mengorek-ngorek liang itu sehingga area itu semakin berlendir. “Oohhh…enak banget. Hebat banget sih jilat-jilatnya….ohhh…ohhhh….” desah Luisa. Luisa, anak kelas 2 SMU yang cakep dan populer itu, yang jadi idaman seluruh cowok di sekolah itu, kini dibuat jadi tak berkutik dan mendesah-desah makin tak keruan oleh pesuruh sekolahan itu. Apalagi sekarang kedua tangan Mang Hamad meraih ke atas menggenggam dan meremas-remas masing-masing satu payudara Luisa. “Oooh. AAAHHHHHH. AAAAHHHHHHHH. AAAAAHHHHHHHHH.” Jilatan Mang Hamad itu benar-benar ampuh. Sampai-sampai membuat Luisa, cewek bermata indah itu, sekarang jadi basah kuyup vaginanya dibuatnya. Wajah Mang Hamad pun jadi ikutan basah pula kena tetesan cairan dari vaginanya. Namun dengan liar ia terus menjilati vagina basah Luisa sehingga jadi makin kuyup aja. Mang Hamad semakin memegang kendali permainan sampai akhirnya kini Luisa benar-benar pasrah dan mengikuti saja seluruh permainan Mang Hamad. Hal ini menunjukkan bahwa Mang Hamad jauh lebih berpengalaman dibanding Luisa. Kini Mang Hamad mengeluarkan kepalanya dari himpitan paha Luisa. Hal itu membuat Luisa merasa tanggung dan mau marah. Tapi dia sadar jutru dia harus bisa memuaskan lawan mainnya ini demi “perjanjian” tadi. “Ayuk, sekarang neng duduk ya,” kata Mang Hamad sambil menyuruh Luisa duduk setengah tiduran di ranjang. Sementara ia melepaskan seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya. Nampaknya Mang Hamad ingin Luisa melihat penisnya yang akan dikeluarkan. “Neng Luisa pasti belum pernah lihat ****** orang kampung kayak punya mamang. Sekarang mamang kasih lihat. Gratis. Hehehe..” Kemudian Mang Hamad membuka resulting celananya dan menurunkan celana dalamnya sekaligus sehingga menyembullah penis yang sudah mengeras itu di depan wajah Luisa. Penis itu besar dan panjang dengan batang yang hitam dan ujungnya yang bersunat berbentuk helm tentara, membuat Luisa terkesiap karena panjangnya. Ini merupakan penis terbesar yang pernah dilihat langusng olehnya. Beda dengan punya pacarnya. Walau merasa ngeri saat membayangkan penis itu bakal mengoyak vaginanya, tapi Luisa tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Maka tanpa diminta diapun mulai mendekati penis itu lalu mengelusnya. Tubuh Mang Hamad bergetar saat Luisa mulai meraih penis itu dan mengocoknya pelan. “Tangannya halus..enak…” desah Mang Hamad. Pelan-pelan, Luisa memajukan wajahnya, dia melanjutkan kocokannya sambil menyapukan lidahnya pada kepala penis itu, sehingga Mang Hamad mendesah merasakan belaian lidah Luisa pada penisnya serta kehangatan yang diberikan oleh ludah dan mulutnya. Setelah belasan tahun yang lalu lamanya menduda Mang Hamad kembali menikmati kehangatan tubuh wanita. Wanita muda dan cantik lagi. Dia sungguh sangat terangsang. Luisa sendiri walaupun merasa jijik dan kotor, tanpa disadari mulai terangsang dan mulai mengulum benda itu dalam mulutnya. “enaknya!!!” lenguh Mang Hamad Luisa terus memaju-mundurkan kepalanya sambil mengulum penis itu, tangannya juga ikut bekerja mengocok batangnya atau memijat buah pelirnya. Pria setengah baya itu merasa semakin keenakan sehingga tanpa sadar ia menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga penisnya menyodoki mulut Luisa seolah menyetubuhinya. Kini Luisa berhenti memaju-mundurkan kepalanya dan hanya pasrah membiarkan mulutnya disenggamai penjaga sekolah itu itu, kepalanya dipegangi sehingga tidak bisa melepaskan diri. “Uuhhh…gitu , enak…mmmm !” gumamnya sambil memegangi kepala Luisa dan memaju-mundurkan pinggulnya. Luisa merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah pelir Mang Hamad yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulutnya semakin berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya. “Ohhh…Neng Luisa, terus…terus!” desahnya sambil membelai rambut gadis itu. Saking enaknya, pertahanan Mang Hamad langsung jebol dalam waktu kurang dari 5 menit. Wajahnya menegang dan cengkeramannya pada pundak gadis itu makin mengeras. Luisa yang menyadari lawan mainnya akan segera keluar mempergencar serangannya, kepalanya maju mundur makin cepat dan cret…cret…sperma Mang Hamad menyemprot dalam mulutnya. Dengan lihainya Luisa menelan dan menyedot cairan kental itu tanpa ada yang menetes dari mulutnya. Sungguh kenikmatan oral terdahsyat yang dialami Mang Hamad sehingga membuatnya melenguh tak karuan. “Uoohh…sedot terus neng…ajibb…jibb…jibbh!!” Luisa melakukan cleaning servicenya dengan sempurna, seluruh batang itu dia bersihkan dari sisa-sisa sperma. Setelah mulutnya lepas tak terlihat sedikitpun cairan putih itu menetes dari mulutnya. Sungguh teknik yang sempurna, demikian pikir Mang Hamad. Luisa kemudia tersenyum genit kearah Penjaga sekolahnya itu. “Neng memang gadis nakal ya, Luisa”. katanya “Asal Mamang mau bantu Luisa, apapaun saya lakukan buat Mang Hamad”. Sahut Luisa dengan masih terseyum menggoda. Mang Hamad lalu memanggil Luisa untuk duduk di pangkuannnya. Posisi mereka sekarang saling menghadap dimana Mang Hamad masih duduk di ranjang dan Luisa diatasnya. Tanpa malu-malu Luisa menuruti keinginan penjaga sekolahnya itu. Bahkan tanpa sungkan dia mencium bibir Mang Hamad. Sambil berciuman tangan Mang Hamad kembali meremas bagian-bagian sensitif tubuh gadis mungil itu. Sekarang penjaga sekolah bejat itu menyusu dari payudaranya. Pipi pria itu sampai kempot menyedot puting Luisa, sepertinya dia sangat gemas dengan payudara Luisa yang putih montok dengan puting kemerahan itu. Luisa senang-senang saja payudaranya dikenyot. Dia sendiri nampak mendesah nikmat dengan kepala menengadah dan mata terpejam. Dengan nakal dia ikut meremas-remas batang Mang Hamad yang masih lemas. Perlahan-lahan nafsu gadis itu mulai naik lagi. Begitu juga dengan Mang Hamad. Dalam tempo singkat penisnya sudah kembali bangun. “Masukin ya pak. Luisa sudah ga tahan nih’. kata Luisa yang diiyakan Mang Hamad. Luisa lalu mengakat pantatnya dan mengarahkan vaginanya ke penis yang sudah menegang maksimal itu. inilah kali pertama Luisa akan merasakan penis terbesar yang akan memasuki lubang vaginanya yang sempit. Walau sedikit ngeri, tapi nafsunya mengalahkan semuanya. Beberapa kali kepala penis itu terpeleset dan gagal masuk ke celah vagina luisa. “Susah banget sih mang. Punya mamang gede sih” “Sini mamang bantu” Mang Hamad lalu membantu dengan mengarahkan penisnya ke vagina gadis itu. Luisa mengigit bibirnya merasakan sedikit perih saat ujung kepala penis Penjaga sekolahnya itu masuk. Pelahan-lahan benda itu meluncur masuk ke dalam miliknya. “Pelan-pelan mang. Sakit….” “Iya neng. Memeknya kesempitan sih” Luisa merintih menahan nyeri saat penis besar itu menyeruak perlahan ke dalam kemaluannya yang sempit, demikian juga Mang Hamad meringis menahan nikmat merasakan penisnya tergesek dinding vagina gadis itu. Dengan beberapa kali gerakan tarik dorong yang keras maupun lembut, penis itu akhirnya terbenam setengahnya ke dalam vagina Luisa. Itupun Luisa sudah merasa penuh sekali. Penis itu terasa sangat sesak di liang vaginanya, ini memang bukan pertama kalinya bagi Luisa, namun penis mantan pacarnya Johan tidaklah sebesar milik Mang Hamad. Dan ketika dengan kasar Mang Hamad tiba-tiba menekankan batangnya seluruhnya hingga amblas. Luisa tak kuasa menahan diri untuk tidak memekik. Perasaan luar biasa bercampur pedih menguasai dirinya, hingga badannya mengejang beberapa detik. “ahh……….mang……ohhhhhhh…….sakit……..” Luisa melolong dengan panjang. “Oohh…enak banget Neng, sempit, legit, padahal udah gak perawan…!” katanya sambil menggoyangkan pinggulnya pelan-pelan kemudian makin lama makin cepat. Luisa sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiap dia menggerakkan tubuhnya, gesekan demi gesekan di dinding dalam liang vaginanya sungguh membuatnya seperti terbang tinggi. Mereka bersetubuh dengan gaya woman on top. “Oh, Luisa…… memekmu…bener-bener masih seret, ohh..ohhh !” puji Mang Hamad ditengah genjotannya. Luisa hanya hanya memejamkan mata sambil mendesah. Dia sudah mulai bisa menikmati penis Mang Hamad di liangnya. Bahkan dia sekarang mulai ikut menggoyang-goyangkan pantatnya di atas penis hitam itu. “Oh, mang….ohhhh…ohhhhhh…..e..nak……” desah Luisa. Dia memacu dan menggoyangkan pinggulnya pada pangkuan Mang Hamad dengan penuh semangat. Ketika memandang ke depan, dilihatnya wajah orang tua itu sedang menatapnya dengan takjub, segaris senyum terlihat pada bibirnya, senyum kenikmatan karena telah berhasil menikmati gadis terpopuler di sekolah ini. “Kamu benar-benar cantik neng. teteknya juga bagus”. ujarnya. Dengan posisi demikian, Mang Hamad dapat mengenyot payudara Luisa sambil menikmati goyangan pinggulnya. Kedua tangannya meraih sepasang gunung kembar itu, mulutnya lalu mencium dan mengisap putingnya secara bergantian. Remasan dan gigitannya yang terkadang kasar menyebabkan Luisa makin melayang, dia makin lama makin cepat mengoyangkan pinggulnya diatas tubuh Mang Hamad. Di ambang klimaks, tanpa sadar Luisa memeluk Mang Hamad dan dibalas dengan pagutan di mulutnya. Mereka berpagutan sampai Luisa mendesis panjang dengan tubuh mengejang. ‘Oh..mang….Luisa ….mau ke….lu….ar….rrrrr” Jerit Luisa. Sekitar 2 menit kemudian, tubuh Luisa meliung keras, menjerit menahan desah, saat berhasil mencapai orgasme, matanya membeliak dan tubuhnya berkelejotan. Mang Hamad masih erus mengenjot hingga orgasmena makin panjang. Vagina Luisa berdenyut kencang seolah menghisap penis Mang Hamad dan mencengkeram penis itu keras sekali. Meski begitu, entah apa yang menjadi doping Mang Hamad, penis penjaga sekolah itu tetap saja berdiri tegak seperti tongkat baja yang tidak bisa lemas. Penis itu terus menyodok vagina Luisa meski gadis cantik itu sudah kepayahan. Mang Hamad lalu mendekap tubuh telanjang Luisa, lalu masih dengan kemaluan yang menyatu, mereka lalu berlutut di lantai. Mang Hamad kemudian menunggingkan pantat Luisa, memaksa gadis cantik itu berposisi merangkak dengan bertumpu pada lutut dan siku. Dengan posisi pantat Luisa yang menungging lebih tinggi dari kepala, Mang Hamad makin leluasa menggagahi wanita cantik itu. Dia melebarkan kedua kaki Luisa, membuat vagina wanita itu kembali membuka. Segera saja penis Mang Hamad kembali menggenjot vagina gadis seksi itu secara brutal. “Ahhkh… aahh… oohh…” Luisa merintih-rintih lirih merasakan vaginanya kembali digenjot oleh penis Mang Hamad. Tubuhnya kian lemas mengalami percintaan yang begitu lama. Lenguhan dan erangan Luisa akhirnya lenyap sama sekali dan hanya menyisakan rintihan-rintihan tak berdaya. Tubuh mulusnya yang telanjang bulat tersentak maju mundur dengan pasrah mengikuti sodokan penis Mang Hamad pada vaginanya. Tubuhnya benar-benar terasa letih dan lemas. Meski begitu gelombang orgasme terus-menerus menghajar tubuhnya, membuat Luisa hanya bisa menggeliat lemah dan menggigit bibir merasakan kenikmatan yang sekaligus sangat menyakitkan. “enak sekali memek neng Luisa…beruntung sekali mamang…ha…ha….” Jerit Mang Hamad bagai kesetanan. Penis Mang Hamad dengan kasar menyodok-nyodok vaginanya berulang-ulang. Cairan vagina Luisa yang membludak seolah berbuih melicinkan gesekan penis Mang Hamad pada dinding vaginanya. Sebagian cairan vagina itu mengalir membasahi paha Luisa sebelah dalam. Mang Hamad kian ganas mengenjot Luisa. dengan tangan terus-menerus meremas-remas pantat Luisa, penis Mang Hamad menyodok vagina anak 17 tahun yang cantik itu dengan gerakan tidak teratur, kadang cepat kadang pelan, membuat Luisa kian tersiksa oleh kenikmatan yang kembali mendera tubuhnya. Kadang-kadang saking terangsangnya, Luisa menggoyangkan pantatnya sendiri maju mundur untuk mempercepat sodokan penis Mang Hamad pada vaginanya. Mang Hamad tertawa senang di tengah dengus kenikmatannya menyaksikan Luisa yang menggoyangkan pantatnya sendiri. “He he he.. Oke juga nih neng..” Mang Hamad tertawa. “Ayo, goyang terus… Ayo.. terus…” Mang Hamad menyemangati. Dia lalu menghentikan sodokan penisnya sama sekali, untuk mengetahui reaksi Luisa. Secara reflek Luisa langsung menggerakkan pantatnya lebih kuat dan lebih cepat. Orgasme berkali-kali telah membuat Luisa kehilangan kendali atas tubuhnya sendiri. yang dia inginkan sekarang hanyalah bagaimana meraih kenikmatan seksual sebanyak mungkin. Karena itulah Luisa terus menerus menggoyangkan pantatnya membuat vaginanya tetap terpompa oleh penis Mang Hamad. Sementara itu Mang Hamad juga mengimbangi gerakan pantat Luisa yang kian liar. Mang Hamad memegangi pinggul Luisa lalu menarik pinggul yang bulat itu maju mundur mempercepat goyangan pantat Luisa. “Ayo.. terus.. goyang terus..” Mang Hamad menyemangati Luisa yang makin liar, sementara tangannya terus meremasi pantat Luisa yang montok dengan penuh kegemasan. Luisa kian tak tahan menerima sodokan penis Mang Hamad. Perlakuan Mang Hamad yang brutal ternyata justru membuat orgasme Luisa lebih cepat meninggi. Luisa merasakan gelombang orgasme kembali meregangkan syaraf seksualnya mencoba menembus pertahanannya. “Udah dulu mang, cape…” “Tapi Mamang belum cape neng…kalau mau udahan silakan tapi perjanjian kita batal” ancamnya. “Ok..ok lanjutin ajah mang” Kat Luisa tak punya pilihan, Merasa belum terpuaskan dengan posisi doggy style yang dipraktekkannya, Mang Hamad memaksa Luisa kembali menelentang di lantai, lalu direntangkannya kedua tangan Luisa ke samping dan dipeganginya pergelangan tangan wanita itu erat-erat. Kemudian kembali penis Mang Hamad menyodok-nyodok vagina Luisa. Luisa tidak bisa bergerak dengan posisi seperti itu. Tubuh Mang Hamad yang besar menindih tubuh putih mulus Luisa dengan ketat. Sodokan penis Mang Hamad menggenjot vagina Luisa dengan begitu kasar membuat pantat Luisa sampai terbanting-banting keras di lantai marmer yang dingin. Luisa yang sudah tidak punya tenaga lagi hanya bisa pasrah dan berharap ini cepat berakhir. Meski begitu Luisa harus menunggu cukup lama untuk itu. Selang sepuluh menitan Mang Hamad menggenjotkan penisnya, tubuh Luisa kembali menggeliat dan mengejang, hanya kali ini terlalu lemah. “Ohh… aahh…” Luisa mengerang lirih dengan tubuh mengejang dan gemetar. Dari vaginanya yang kembali berdenyut keras, Mang Hamad segera tahu kalau gadis cantik yang sedang digagahinya itu kembali mengalami orgasme. Vagina Luisa mencengkeram penis Mang Hamad dengan kuat seolah hendak membetot penis itu sampai lepas. “Udah dulu mang….aduh capek…istirahat dulu….” Desah Luisa. Kali inin Mang Hamad menurut saja. Dia juga mau mengistirahtkan penisnya yang dari tadi `bekerja keras`. Dia lalu membopong Luisa. Direbahkannya gadis itu di atas ranjang. Luisa telentang dengan lemasnya. Entah sudah berapa kali dia orgame. Tapi dia tahu ini belum selesai. Luisa menerima minuman yang diberikan Mang Hamad. Kerongkongannya yang tadinya kering kembali terisi. Mang Hamad juga membantu Luisa mengurangi lemasnya dengan memijat-mijat gadis itu. Pukul 17.40 “Terima kasih neng. Ini baru bayaran yang sepadan” “Ya udah. Sekarang mana “barang” nya. Saya butuh banget” sahut Luisa “Tuh ambil!” Mang Hamad mengeluarkan lembaran itu dari saku celananya pada Luisa. Luisa tersenyum lalu ia buru-buru menyalin semua yang dalam kertas pada sebuah catatan kecil. Lima belas menit kemudian Mang Hamad pun meninggalkan rumah Luisa dengan penuh kepuasan ************************ Keesokan harinya Pukul 13.40 Sekolah sudah lenggang setelah bubaran jam 13.15 tadi, tidak ada kegiatan ekskul karena ini adalah minggu ujian. Di sebuah toilet di tingkat 3 yang jarang dilewati orang terdengar sayup-sayup suara desahan dari dalam. “Aaah…iyahhh Mang, lebih keras dikit…ahhh….aahhhh!!!” erang Luisa yang bersandar pada tembok dan menerima hujaman penis Mang Hamad pada vaginanya. Seluruh kancing seragam gadis itu telah terbuka dan cup bra nya telah terangkat ke atas, demikian juga celana dalamnya telah tergeletak di lantai dan roknya terangkat hingga pinggang. Crettt….crettt…beberapa kali semprotan sperma Bang Hamad mendarat di buah pantatnya yang sekal. Kedua insan itu baru saja mencapai puncak kenikmatan bersama di toilet itu. “hihihi…untung ada Mang Hamad jadi tadi ujiannya lancar!” kata Luisa agak lemas sambil mulai mengancingkan kembali kemejanya. “Pokoknya kalau Neng butuh bantuan sih cari aja Hamad bin Abdul Aziz, dijamin tokcer…asal imbalannya juga asyik punya dong hehhee!” kelakarnya genit sambil membelai pantat Luisa. Ya…lembaran yang sejak kemarin sangat diinginkan Luisa itu tak lain adalah kunci jawaban pilihan ganda untuk UTS IPA hari ini. Luisa memang terbilang agak kurang dalam bidang studi satu ini, terutama kimia yang membuatnya sangat frustasi. Dengan kunci jawaban hasil curian Bang Hamad kemarin ia dapat mengerjakan ujian tadi dengan lancar, tentunya tidak semuanya dijawab sama persis seperti di kunci demi menghindari kecurigaan para guru. Sebagai harganya ia harus merelakan tubuhnya dinikmati oleh si penjaga sekolah tua itu. “Udah ya Mang, saya pulang dulu…inget di luar jangan macem-macem loh, gak enak kalau diliat orang!” Luisa mewanti-wanti pria itu setelah membenahi diri dan hendak keluar dari toilet itu. “Tenang neng…tenang, Mamang juga bisa dipecat atuh kalau ketahuan gitu hehehe” jawab Mang Hamad terkekeh-kekeh. Sampai di tempat parkir, Luisa tampak bingung mencari-cari sesuatu di saku bajunya hingga tasnya. “Ininya ketinggalan Neng?” tanya sebuah suara dari belakang yang mengejutkannya. “Duh Mang, ngagetin aja, makasih ya, kayanya jatuh di atas tadi” Luisa pun menerima kunci mobilnya dari tangan Mang Hamad lalu menekan remotenya hingga pintu tidak terkunci. Luisa masuk ke jok kemudi, tapi sebelum ia sempat menutup pintu mobil, tiba-tiba Mang Hamad menahannya dan merangsek ke dalam menindih tubuh gadis itu. “Mang…apa-apaan ini…aahhh…jangan! Aahhh!!” erang Luisa terkejut. Selanjutnya pintu mobil tertutup dan mobil itu sedikit bergoyang-goyang, Mang Hamad nampaknya tidak puas-puasnya menikmati kehangatan tubuh si bunga sekolah itu.

"Pak, geli...", lenguhku lagi. "

Selepas SMU, aku tinggal dengan salah satu keluarga dari ortu aku di ibu kota propinsi. Maksudnya untuk mempermudah mencari pekerjaan karena ortu aku gak sanggup membiayai sekolahku lebih tinggi lagi. Karena tidak punya keahlian apa2 dan tanpa pengalaman kerja, maka aku ikut kursus komputer dulu supaya bisa bekerja di bagian IT. Kata orang, bagian ini banyak membutuhkan karyawan. Karena kegiatanku hanya mengikuti kursus maka aku mempunyai banyak waktu luang. Daripada bengong, pada waktu luang, aku mengantarkan balita anak keluarga dimana aku numpang untuk ikut semacam play group yang diselenggarakan oleh satu LSM agama. Sekolahnya hanya 3 jam, makanya aku tungguin aja sampe selsai sekolahnya, daripada mondar mandir ngabisin bensin motor. Lagian disana banyak juga ibu2 yang nungguin anaknya sekolah. Sembari nunggu ya apa lagi yang bisa dikerjakan selain ngerumpi. Karena aku bukan ibu2, sering aku males ikutan nerumpi dengan para ibu2 itu, karena yang dirumpiin adalah gosip tentang artis, ato ngomongin ibu2 yang laen, yeng kebetulan gak nganter. Bosen kan kalo aku mesti ikutan ngegosip kaya gitu. Aku seringnya diem aja dan dicuekin sama ibu2 yang laen. Pagi itu, selagi makan bakso aku duduk didepan rumah sebelah sekolah itu. Kebetulan gak ada ibu2 yang ngerumpi didepan sekolah. Rumahnya besar juga, cuma sepi seakan gak ada penghuninya. Selagi makan bakso, keluarlah seorang bapak2, wah ganteng juga, tinggi dan tegap badannya, atletislah pokoknya. Suka aku ngeliat si bapak ganteng itu. Dia membuka pintu pagernya dan menyapaku, "Kok makannya disitu, kan deket tong sampah". "Gak apa kok pak", jawabku sambil memberikan senyumku yang paling manis. "Duduk diteras aja yuk, aku juga mo makan bakso kok", dia pesen semangkok dan mempersilahkan aku masuk. Aku ikutan masuk kerumahnya, mumpung lagi sepi, kalo enggak pasti aku akan digosipin ma ibu2. "Pak, gak enak nih, nanti saya jadi sumber gosip ibu2". "Kan kita cuma duduk diluar aja, gak masuk kerumah. Kalo ada ibu yang laen, nanti aku tawarin makan bakso juga deh biar gak digosipin. Aku ... (dia menyebutkan namanya)". "Saya Dina pak". Sambil makan bakso kami ngobrol aja,sampe selesai makan bakso gak ada ibu2 yang menampakkan diri. Ngobrol ma si bapak menyenangkan sekali, mana orangnya ganteng, pinter cerita yang lucu2 sampe aku terpingkel2. Memang sih, guyonannya mengarah ke hal2 yang berbau sex, tapi biasanya kan guyonin sex malah asik kan. Dia seorang pengusaha, keluarganya tinggal dikota laen karena isterinya harus meneruskan usaha ayahnya yang telah meninggal dunia. Jadi si bapak tinggal sendirian dirumah yang besar itu. Sebulan sekali dia pulang kerumah istrinya. Nyetor kali. ketika sekolah dah bubaran, aku pamit. "Besok2 kita ngobrol lagi ya pak, itu anak yang saya tungguin dah selesai sekolahnya". "Dah tinggal aja mangkok baksonya, aku yang bayar sekalian. Boleh dapet nomer hpnya gak Din". Aku memberikan nomer hpku, dan meninggalkan rumah itu, "Makasih ya pak buat baksonya". Aku memboncengkan anak yang kujemput dan melambai ke si bapak yang nungguin aku dipintu pagernya. Sejak pertemuan itu beberapa kali aku ngobrol dengan si bapak karena kayanya dia jadi nungguin aku pada hari aku nganter sekolah. Memang sekolahnya gak tiap hari. Cuma mesti kucing2an sama ibu2 yang laen supaya gak digosipin, kalo rame ya aku cuma memandangin dia dari jauh aja, si bapak mengerti dengan kondisi itu. Pada pertemuan terakhir, si bapak bilang, "Din, biar kita ngobrolnya lamaan, kamu kesininya jangan pas sekolah dong. Kan gak ada ibu2 yang liat kamu ngobrol dengan aku". "Liat aja ya pak, Dina belon bisa janji". "Nanti deh aku kontak kamu di hp". Besoknya ada sms dari si bapak yang minta aku dateng kerumahnya. Aku jawab gak ada motor karena dipake yang punya rumah. Dia jawab lagi, naik taksi aja, nanti dia yang bayar. Karena dia mendesakku terus, akhirnya aku iyakan ajakannya. Aku pamit ma keluargaku mo kerumah temen dan menuju ke rumah si bapak pake taksi. Dia dah nunggu didepan rumah. Dia membayar ongkos taksinya, lalu mengajakku masuk kerumahnya. Dia menutup pintu rumahnya. "Kok sepi pak rumahnya, gak ada pembantu?" "Pembantu kan gak tiap ari datengnya, 2 ari sekali, kerjanya cuma mbersihin rumah dan setrika pakean. Cuci pakean kan pake mesin cuci. Untuk makan aku siapain sendiri, seringnya kan aku makan diluar". "Ketika ngobrol ma Dina, Dina gak pernah liat tuh ada pembantu". "Dia kan kerja didalem, kita kan ngobrolnya diluar". "Hari ini bukan jadwalnya pembantu kerja ya pak". "Enggak, biar gak ganggu acara kita", dia tersenyum. "Mangnya kita mo bikin acara apa pak". "Gak ada apa2 kok, cuma mo ngobrol bebas aja, Kamu tu seksi sekali deh Din". Wah mulai ngegombal ni bapak. Memang sih, aku kalo jemput tu anak suka pake blus dan jins yang ketat sehingga bentuk bodiku tercetak dengan jelas. Dari sononya, dadaku dihiasi dengan sepasang toket yang montok dan kenceng, pinggangku ramping dan pantatku membulat, sehingga kalo aku jalan, pantatku ngegeyol mengikuti irama langkahku. Pahaku juga langsing proporisonal lah dengan tinggi badanku yang rata2. "Masak sih pak, Rasanya Dina biasa2 aja deh". "Toket kamu besar ya Din, asik dong pacar kamu". "Dina gak punya pacar kok pak". "Dikota asalmu juga gak ada?" "ada, cuma pacaran jarak jauh kan gak sik pak". "Mangnya ngapain aja kalo pacaran". "Ya biasalah pak, kayak bapak gak pernah muda aja". "Ramah dong". "Maksudnya", aku gak ngerti arah ucapannya. "Rajin menjamah maksudnya". Aku senyum2 saja. "Suka diremes2 kan. Mana tahan cowok kamu liat toket montok gini". "IH bapak, tau aja". "Kan kamu yang bilang kalo aku kan pernah muda juga. Mo nonton dvd gak Din, ada film seru neh". "Seru pa saru pak", aku guyon. "Seru dan saru, aku pasang ya". Ternyata yang dipasang adalah dvd bokep, prempuannya orang asia, Thai kayanya, kecil, imut dan lelakinya bule. "Ih pak, bule punya gede panjang gitu ya, apa muat tuh di ceweknya yang imut banget". "Ceweknya bukan imut, tapi bersebelahan ma bule tinggi besar ya jadi kliatan imut". Aku terangsang juga melihat adegan ngemut yang sedang dilakukan si cewek. "Suka ngelakuin gini juga ma cowok kamu". Aku terdiam menikmati adegan demi adegan yang sangat merangsang. Dia rupanya tau kalo aku dah mulai terangsang, dia menggeser duduknya kesebelahku di sofa. "Dah napsu ya Din. Prempuan yang kumisan kaya kamu pasti napsunya besar". Memang diatas bibir mungilku ada kumis halus yang cukup jelas terlihat. Aku biarkan saja kumis halus itu sebab kalo dicukur kawatirnya jadi makin kasar. Mana lagi kumis gak merusak penampilanku kok, malah si bapak seneng kayanya ma kumisku. "Bapak sok tau ah". "Tuh buktinya kamu, baru liat bokep sebentar aja, duduknya dah gak tenang, dah gatel ya Din". Aku dirangkulnya, pipiku diciumnya. "Kamu cantik Din", ketika aku menoleh kearahnya dia langsung saja menyamber bibirku dengan bibirnya. Aku diciumnya dengan penuh napsu. "Aku terangsang sekali deh Din liat bodi kamu seksi gini". "Pak....", aku hanya melenguh saja karena kembali bibirku dikulumnya dengan penuh napsu. Tangannya segera menyamber toketku, dielusnya pelan dari luar blusku. Aku jadi menggelinjang, Melihat aku menggelinjang, dia mulai meremas pelan toketku sehingga aku makin menggelinjang. Pinter sekali dia merangsang napsuku. "Dah lama gak ngelakuin ya Din". "Ngelakuin apa pak". "Maen". "Maen apa pak", aku pura2 gak ngerti arah pertanyaannya. "Ngen tot", katanya to the point. "Ya mo ngelakuin ma siapa pak, kan cowok Dina gak disini". "Ma aku aja ya", kembali dia mengulum bibirku sembari meremas gemas kedua toketku bergantian. Tangannya kemudian mulai mengelus2 pahaku. Pahaku dikangkangkan dan elusannya mengarah keselangkanganku. Karena masih pake jins tebal, gosokan di selangkanganku gak terlalu terasa. Dvd bokep makin seru, si bule lagi ngegenjot kon tol gede panjangnya di me mek ceweknya. Aku sudah terangsang sekali karena tontonan dvd dan elusan tangan si bapak."Lepasin ya pakean kamu, biar kerasa elusanku", dia tau rupanya kalo gesekan diselangkanganku gak terlalu terasa. Tanpa menunggu jawabku, dia menarik blusku ke atas. Aku mengangkat kedua tanganku ke atas juga untuk mempermudah dia melepaskan blusku. Dia melotot melihat toketku yang tertutup bra yang kayanya gak muat menampung semuanya. "Din, montok banget deh kamu", katanya sembari melepas kaitan braku. Terpampanglah toket montokku didepan matanya. pentilku yang imut dielus2nya dengan telunjuknya. "Sering diemut tapi masi imut ya Din pentil kamu", Aku makin menggelinjang karena elusan di pentil aku. Dia mendekatkan mukanya ke pentilku dan mulai menjilatinya, tangan satu langsung meremas toketku satunya. "aaah pak..," kembali aku melenguh karena ulahnya. pentilku langsung mengeras. "Pentil kamu dah ngaceng tuh Din", dia langsung mengemut pentilku dan disedot2nya, sementara tangannya mulai mengelus2 puserku yang terbuka karena jinsku yang model hipster. "Pak, geli...", lenguhku lagi. "Geli apa napsu". "Dua2nya pak". "Lepas juga ya jins kamu". Aku hanya menggangguk. Dia membuka ban pinggangku, kemudian kancing jins dibukanya, ritsluiting diturunkan, dan dia mulai menarik jinsku. Karena ngepas badan memang tidak mudah melepas jinsku. Aku mengangkat pantatku untuk mempermudah dia melepasnya. Ketika jinsku terlepas, dia melotot lagi melihat jembutku yang menyeruak dari samping kanan kiri dan bagian atas cd miniku yang tipis. "Wah lebat banget jembut kamu Din, aku dah duga. Prempuan yang kumisan pasti jembutnya lebat, dan napsunya gede banget". Kamu dah napsu ya Din". "Dari tadi pak, abis tangan bapak nakal sih", jawabku manja. Dia memelukku dan tangannya meluncur ke toketku. Jarinya kembali menelusuri toketku, dielus2nya dengan lembut. Aku terdiam, napasku makin memburu terengah. Pentilku dikilik2nya dengan jarinya sehingga tambah mengeras, "Paak", lenguhku. Dia langsung saja meremes2 toketku dengan penuh napsu. Aku bersandar di dadanya yang bidang. Dia kembali menciumi leherku sementara kedua toketku terus saja diremes2, sehingga napsuku makin berkobar. Dia segera mengecup bibirku. Kubalas dengan ganas. Bibirku dikulumnya, lidahnya menjalar didalam mulutku sementara tanganku segera turun mencari kon tolnya. Kuusap2, terasa sekali kon tolnya sudah ngaceng berat, keras sekali. Segera ikat pinggangnya kubuka, celananya kubuka. Dia berdiri sehingga celana panjangnya meluncur ke lantai. kon tolnya yang besar itu nongol dari bagian atas CD nya yang mini, hampir menyentuh pusernya saking panjangnya. Kami segera bergelut. Dia terus meremas-remas toketku sementara aku mengocok kon tolnya. "Pak, keras banget, gede lagi", kataku sambil jongkok didepannya, melepas cdnya dan menciumi kon tolnya dan menghisap daerah sekelilingnya termasuk biji pelernya. "Aah Din, kamu pinter banget bikin aku nikmat", erangnya. "Aaaduuuuuhh…. Din…..enak banget emutanmu". kon tolnya kujilati seluruhnya kemudian kumasukkan ke mulutku, kukulum dan kuisep2. Kepalaku mengangguk2 mengeluar masukkan kon tolnya di mulutku. Aku makin terangsang ketika mengemut kon tol besarnya. Akhirnya dia gak tahan lagi. Bajunya dilepaskannya sehingga dia telanjang bulet, sedang aku masi memakai cd miniku yang tipis nerawang. Aku ditariknya ke kamarnya, sebelumnya dvd dimatikan karena sudah tidak kutonton sejak dia mulai meraba2 tubuhku. Aku dibaringkannya diranjang. Sambil terus meremas2 toketku tangan satunya mempermainkan jembutku yang lebat dari luar cdku. "Pak, geli", erangku. "Geli apa nikmat Din", tanyanya. "Dua2nya pak, Dina dien tot dong pak, udah kepengin banget nih", kataku to the point. Tangannya menyusup ke punggungku sambil mengecup bibirku. "Din kamu napsuin banget deh", katanya sambil melepas cdku. Aku mengangkat pantatku sehingga cdku dengan mudah meninggalkan tempatnya. Dia langsung saja menindihku. kon tolnya diarahkan ke belahan no nokku yang sudah basah dan sedikit terbuka, lalu dia menekan kon tolnya sehingga kepala kon tolnya mulai menerobos masuk no nokku. Aku mengerang keenakan sambil memeluk punggungnya. Dia kembali menciumi bibirku. Lidahnya menjulur masuk mulutku lagi dan segera kuisep2. Sementara itu dia terus menekan pantatnya pelan2 sehinggga kepala kon tolnya masuk no nokku makin dalam dan bless…… kon tolnya sudah masuk setengahnya kedalam no nokku. "Aah, kon tol bapak nikmat banget deh", erangku sambil mencengkeram punggungnya. Kedua kakiku kulingkarkan di pinggangnya sehingga kon tol besarnya langsung ambles semuanya di no nokku. "Pak, ssh, enak pak, terusin", erangku. Aku menggeliat2 ketika dia mulai mengeluarmasukkan kon tolnya di no nokku. Aku mengejang2kan no nokku meremes2 kon tolnya yang sedang keluar masuk itu. "Din nikmat banget empotan no nok kamu", erangnya. "Kencang sekali empotannya, mana peret lagi". "Terang saja peret pak, Dina baru sekali ini ngerasain kon tol sebesar bapak punya keluar masuk no nok Dina". "Mangnya kon tol cowok kamu kecil ya Din". "Ketika itu si rasanya gede pak, tapi dah ngerasain kon tol bapak, kayanya kecil banget deh kon tol cowok Dina". Dia memelukku dan kembali menciumi bibirku, dengan menggebu2 bibirku dilumatnya, aku mengiringi permainan bibirnya dengan membalas mengulum bibirnya. Terasa lidahnya menerobos masuk mulutku. Dia mengenjotkan kon tolnya keluar masuk makin cepat dan keras, aku menggeliatkan pinggulku mengiringi keluar masuknya kon tolnya di no nokku. Setiap kali dia menancapkan kon tolnya dalam2 aku melenguh keenakan. Terasa banget kon tolnya menyesaki seluruh no nokku sampe kedalem. Karena lenguhanku dia makin bernapsu mengenjotkan kon tolnya. Gak bisa cepet2 karena kakiku masih melingkar dipinggangnya, tapi cukuplah untuk menimbulkan rangsang nikmat di no nokku. Kenikmatan terus berlangsung selama dia terus mengenjotkan kon tolnya keluar masuk, akhirnya aku gak tahan lagi. Jepitan kakiku di pinggangnya terlepas dan kukangkangkan lebar2. Posisi ini mempermudah gerakan kon tolnya keluar masuk no nokku dan rasanya masuk lebih dalam lagi. Tidak lama kemudian aku memeluk punggungnya makin keras "Pak, Dina mau nyampe". "Kita bareng ya Din", katanya sambil mempercepat enjotannya. "Pak, gak tahan lagi pak, Dina nyampe pak, aakh", jeritku saking nikmatnya. Kakiku kembali kulingkarkan di pinggangnya sehingga kon tolnya nancep dalam sekali di no nokku. no nokku otomatis mengejang2 ketika aku nyampe sehingga bendungan pejunya bobol juga. "Akh Din, aku ngecret Din, akh", dia mengerang sambil mengecretkan penjunya beberapa kali di no nokku. Dengan nafas yang terengah engah dan badan penuh dengan keringat, aku dipeluknya sementara kon tolnya masih tetep nancep di no nokku. Aku menikmati enaknya nyampe. Setelah gak ngos2an, dia mencabut kon tolnya dari no nokku. kon tolnya berlumuran lendir no nokku dan pejunya sendiri. Dia berbaring disebelahku. "Din, akhirnya aku kesampean juga ngen totin kamu. Sejak pertama ngeliat kamu aku dah napsu banget ma kamu. Kamu nikmat banget deh kalo dien tot. Kamu yang paling nikmat dari semua perempuan muda yang pernah aku en tot", katanya sambil mengelus2 pipiku "Mandi yuk" ajaknya. "Kan dah kringeten", ketika melihat ekspresiku yang menanyakan apa gunanya mandi. Kami bercanda-canda di kamar mandi seperti anak kecil saling menggosok dan berebutan sabun, dia kemudian menarik tubuhku merapat ke tubuhnya. Aku duduk dipangkuannya dan tangannya mengusap2 pahaku. "Kamu cantik sekali, Din", rayunya. Tangannya pidah ke bukit no nokku mempermainkan jembutku yang lebat. Dia bisa melakukan itu karena aku mengangkangkan pahaku. Tangannya terus menjalar ke atas ke pinggangku. "Geli pak", kataku ketika tangannya menggelitiki pinggangku. Aku menggeliat2 jadinya. Segera tangannya meremes2 toketku. "Toket kamu besar ya Din, kenceng lagi", katanya. "Bapak suka kan", jawabku. “ya Din, aku suka sekali setiap inci dari tubuhmu", jawabnya sambil terus meremes2 toketku. Dia kemudian mencium bibirku. Akhirnya usailah kemesraan di kamar mandi. Kami saling mengeringkan badan, dan kembali keranjang. kon tolnya yang belum aku apa2in sudah nga ceng berat, "Pak, napsu bapak besar sekali, baru saja ngecret di no nok Dina apak sudah ngaceng lagi", kataku sambil mengocok kon tolnya. "Abis kamu napsuin sekali Din, gak puas aku cuma sekali ngen totin kamu". Aku menjatuhkan dirinya dipelukan dadanya yang bidang. Segera dia mengecup bibirku, beralih ke leherku dan kemudian turun ke toketku. Toketku diremes2nya, aku terengah, napsuku berkobar lagi. Pentilku diemutnya. Tangan satunya menjalar kebawah menerobos lebatnya jembutku dan mengilik2 it ilku. "Aakh pak, pinter banget ngerangsang Dina", erangku. Aku mengangkangkan pahaku supaya kilikannya di it ilku makin terasa. Kilikan di it ilku membuat aku kembali liar. Tanganku mencari kon tolnya, kuremes dan kepalanya kukocok2. Aku pakkit dari pelukannya, kon tolnya yang tegak berdiri dengan kerasnya. kon tolnya kujilati. Pertama cuma kepalanya aku masukkan ke mulutku dan kuemut2. Dia meraih pantatku dan menarik aku menelungkup diatasnya. Dia mulai menjilati no nokku, aku menggelinjang setiap kali dia mengecup bibir no nokku. Dengan kedua tangannya, dia membuka no nokku pelan2, terasa lidahnya menjulur menjilati bagian dalam bibir no nokku. Aku melepaskan emutanku di kon tolnya dan mengerang hebat, "pak aakh". pantatku menggelinjang sehingga mulutnya melekat erat di no nokku. "Terus pak aakh", erangku lagi, kemudian terasa it ilku yang menjadi sasaran berikutnya, aku makin mengerang keenakan. no nokku makin kebanjiran lendir yang terus merembes, soalnya aku udah napsu banget. Cukup lama dia mengemut it ilku dan akhirnya "Pak, Dina nyampe pak, aakh", erangku. "Pak nikmat banget deh, belum dien tot udah nikmat begini". Aku memutar badanku kesamping dan berbaring disebelahnya. Dia bangun dan mencium bibirku. Dia mengambil soft drink dari lemari es dan diberikannya kepadaku. Aku minum sedikit untuk meredakan napasku yang ngos ngosan. Kemudian aku dinaikinya, ditancapkannya kon tolnya keno nokku dan didorongnya masuk pelan2, "Pak, enak, dimasukin semuanya pak, teken lagi pak, akh", erangku merasakan nikmatnya kon tolnya nancep lagi di no nokku. Dia mengenjotkan keluar masuk, ketika kon tolnya sudah nancep kira2 separonya, dia menggentakkan pantatnya kebawah sehingga langsung aja kon tolnya ambles semuanya di no nokku. "Pak, aakh", erangku penuh nikmat. Dia mengenjotkan kon tolnya keluar masuk makin cepet, sambil menciumi bibirku sampe akhirnya, "Pak, Dina nyampe pak, ooh", aku mengejang2 saking nikmatnya. no nokku otomatis ikut mengejang2. Dia meringis2 keenakan karena kon tolnya diremes2 no nokku dengan keras, tapi dia masih perkasa. Kemudian dia mencabut kon tolnya dan minta aku nungging. Dia menciumi kedua bongkahan pantatku, dengan gemas dia menjilati dan mengusapi pantatku. Mulutnya terus merambat ke selangkanganku. Aku mendesis merasakan sensasi waktu lidahnya menyapu naik dari no nokku ke arah pantatku. Kedua jarinya membuka bibir no nokku dan dia menjulurkan lidahnya menjilati bagian dalem no nokku. Aku makin mendesah gak karuan, tubuhku menggelinjang. Ditengah kenikmatan itu, dia dengan cepat mengganti lidahnya dengan kon tolnya. Aku menahan napas sambil menggigit bibir ketika kon tol besarnya kembali nancep di no nokku. "Pak", erangku ketika akhirnya kon tolnya ambles semuanya di no nokku. Dia mulai mengenjotkan kon tolnya keluar masuk, mula2 pelan, makin lama makin cepat dan keras. Aku kembali mendesah2 saking enaknya. Toketku diremes2nya dari belakang, tapi enjotan kon tolnya jalan terus. Ditengah kenikmatan, dia mengganti posisi lagi. Aku diajaknya keluar kamar dan dia duduk di sofa di kamar tamu dan aku duduk dipangkuannya membelakanginya. kon tolnya sudah nancep semuanya lagi di no nokku. Aku semakin cepat menaik turunkan badanku. Tangannya gak bosen2nya ngeremes toketku. Pentilku yang sudah keras itu diplintir2nya. Gerakanku main liar saja, aku makin tak terkendali menggerakkan badanku, kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga kon tolnya nancep dalem banget. "Pak, Dina dah mau nyampe lagi pak, aduh pak, enak banget", erangku. Tau aku udah mau nyampe, dia mengangkat badanku dari pangkuannya sehingga kon tolnya yang masih perkasa lepas dari no nokku. "Kok brenti pak", tanyaku protes. Aku diselonjorkan lagi disofa, pantatku ada dipinggiran sofa. Dia berlutut didepanku sambil memegang dan mengangkangkan pahaku lebar2, kembali ditancepkannya kon tolnya kedalam no nokku. Dengan sekali enjot, kon tolnya sudah ambles semuanya. Dia mulai mengenjotkan kon tolnya keluar masuk dengan cepat. no nokku mulai berkontraksi, mengejan, meremes2 kon tolnya, tandanya aku dah hampir nyampe. Dia makin gencar mengenjotkan kon tolnya, dan "Pak, Dina nyampe lagi pak, akh", jeritku. Diapun merasakan remesan no nokku karena nyampe. Enjotannya makin cepat saja sehingga akhirnya, "Din..." dia berteriak menyebut namaku dan terasa pejunya ngecret dengan derasnya di no nokku. "Pak, nikmat banget ya", tanyaku. Dia mencabut kon tolnya dan langsung menarikku menuju ke kamar. Diranjang kami terkapar bersebelahan. Tak lama kemudian aku terlelap karena lemes dan nikmat. Ketika terbangun hari dah sore. "Din, kamu bilang ke orang rumah kalo kamu nginep dirumah temen. Jadi kita bisa asik sampe besok. Mau ya". Aku menggangguk dan nelpon ke rumah dengan hpku memberitahu kalo malem ini aku ngonep dirumah temen. Kami mandi bersama kembali, kali ini bener2 mandi karena perut dah terasa laper. Selesai mandi, kami berpakean. aku terpaksa memakai pakeanku yang tadi lagi. "Nanti kita beli baju ganti buat kamu ya Din, Bilang aja minjem ma temen kamu kalo besok ditanya". Aku diajaknya ke mal, dia membelikan aku pakean untuk ganti yang aku pake dari tadi pagi, dalemannya juga dibelikan. Pakean dan daleman baru langsung kupake setelah dibayar. Gak enak pake pakean dan daleman yang dari tadi pagi udah aku pake. Pakean dan daleman kotorku dimasukkan aja ke tas pakean. "Makasi ya pak, bapak baek banget sih". "Kan kamu juga dah kasi aku nikmat, kita kudu berbagilah. Makan yuk". Dia mengajakku ke satu resto, aku ikut aja, dia yang pesan makanan dan minuman. Santai sekali malem ini, kami makan dengan santai sembari guyon2 ngomongin aktivitas yang baru kita lakuin tadi dirumahnya. "Bapak kuat banget sih maennya. Kalo maen ma abege pada lemes ya pak. Dina lemes banget deh". "Tapi nikmat kan". "banget". "Mau lagi kan". "Ya maulah pak". Selesai makan kami langsung pulang lagi ke rumahnya. Di kamar, dia berbaring diranjang dan aku duduk disebelahnya. Pakaian luar sudah kulepas sehingga aku tinggal berbikini ria, daleman yang aku beli tadi model bikini. "Din, aku napsu sekali liat badan kamu", katanya terus terang. Langsung kulirik daerah kon tolnya dari balik celananya, kelihatannya sudah mulai ngaceng karena kelihatan ngegelembung. Dia mengelus2 punggungku, terus tangannya pindah mengelus pahaku, merayap keatas dan menggosok no nokku dari luar CD bikiniku. Aku mengangkangkan pahaku sehingga jarinya menggosok2 belahan no nokku, tetap dari luar cd. "Ssh pak", erangku. "Din, kau maukan ngen tot lagi dengan aku", tanyanya sambil tersenyum, jarinya terus saja mengelus belahan no nokku dari luar. "Mau banget pak, belum pernah Dina merasa senikmat ini dien tot". Dia mulai menjilati pahaku, jilatannya perlahan menjalar ketengah. Aku hanya dapat mencengkram sprei ketika kurasakan lidahnya yang tebal dan kasar itu menyusup ke pinggir cd bikiniku yang disingkirkan dengan jarinya lalu menyentuh bibir no nokku. Bukan hanya bibir no nokku yang dijilatinya, tapi lidahnya juga masuk ke liang no nokku, rasanya wuiihh..gak karuan, geli-geli enak. Tangannya yang terus mengelus paha dan pantatku mempercepat naiknya napsuku. Sesaat kemudian, dia menarik lepas ikatan cd bikiniku. Dia mendekap tubuhku dari belakang dalam posisi berbaring menyamping. Dengan lembut dia membelai permukaannya yang ditumbuhi jembut yang lebat. Sementara tangan yang satunya mulai naik ke toketku, darahku makin bergolak ketika telapak tangannya yang kasar itu menyusup ke balik bra bikiniku kemudian meremas toketku dengan gemasnya. "Din, toket kamu besar dan keras. Jembut kamu lebat sekali, pantas napsu kanu besar" katanya dekat telingaku sehingga deru nafasnya serasa menggelitik. Aku hanya terdiam dan meresapi dalam-dalam elusan-elusan pada daerah sensitifku. Dia makin getol, jari-jarinya kini bukan hanya mengelus no nokku tapi juga mulai mengorek-ngoreknya, cup bra bikiniku yang sebelah kanan diturunkannya sehingga dia dapat melihat jelas toketku dengan pentil yang sudah mengeras. Aku merasakan kon tol keras di balik celananya yang digesek-gesek pada pantatku. Dia sangat bernafsu melihat toketku yang montok itu, tangannya meremas-remas dan terkadang memilin-milin pentilnya. Remasannya semakin kasar dan mulai meraih yang kiri setelah dia pelorotkan cup-nya. Ketika dia menciumi leherku, terasa olehku nafasnya juga sudah memburu, bulu kudukku merinding waktu lidahnya menyapu kulit leherku disertai kecupan. Aku hanya bisa meresponnya dengan mendesah dan merintih, bahkan menjerit pendek waktu remasannya pada toketku mengencang atau jarinya mengebor no nokku lebih dalam. Kecupannya bergerak naik menuju mulutku meninggalkan jejak berupa air liur dan bekas gigitan di permukaan kulit yang dilalui. Bibirnya akhirnya bertemu dengan bibirku menyumbat eranganku, dia menciumiku dengan gemas. Dia bergerak lebih cepat dan melumat bibirku. Mulutku mulai terbuka membiarkan lidahnya masuk, dia menyapu langit-langit mulutku dan menggelikitik lidahku dengan lidahnya sehingga lidahku pun turut beradu dengannya. Kami larut dalam birahi, aku memainkan lidahku di dalam mulutnya. Setelah puas berciuman, dia melepaskan dekapannya dan melepas seluruh pakaiannya. Maka menyembullah kon tolnya yang sudah ngaceng dari tadi. Aku masih takjub pada kon tol yang begitu besar dan berurat. Terbayang besarnya kenikmatan yang akan aku dapatkan kembali kalo kon tol extra besar itu keluar masuk di no nokku. Akupun pelan-pelan meraih kon tolnya, tanganku tak muat menggenggamnya, sungguh fantastis ukurannya. "Ayo Din, emutin kon tolku" katanya. Kubimbing kon tol dalam genggamanku ke mulutku , uuhh.. susah sekali memasukkannya karena ukurannya. Terasa asin waktu lidahku menyentuh kepalanya, namun aku terus memasukkan lebih dalam ke mulutku lalu mulai memaju-mundurkan kepalaku. Selain mengemut tanganku turut aktif mengocok ataupun memijati biji pelirnya. "Uaahh.. ennakk banget, kamu udah pengalaman yah" ceracaunya menikmati emutanku, sementara tangannya yang bercokol di toketku sedang asyik memelintir dan memencet pentilku. Tangan kanannya tetap saja mempermainkan no nok dan it ilku. Aku menggelinjang gak karuan, tapi kon tolnya tetap saja aku emut. Aku hanya bisa melenguh tidak jelas karena mulutku penuh dengan kon tolnya yang besar. "Din, kita mulai aja ya. Aku udah gak tahan nih pengen menikmati lagi no nok kamu", katanya. Dia menelentangkanku, ikatan braku dilepasnya dengan sekali tarikan. Dia mengambil posisi ditengah kangkanganku, kon tolnya yang besar dan keras diarahkannya ke no nokku yang sudah makin basah. Aku menggeliat2 ketika kurasakan betapa besarnya kon tol yang menerobos masuk no nokku pelan2. no nokku berkontraksi kemasukan kon tol gede itu. "Din, no nok kamu peret banget", katanya sambil terus menekan masuk kon tolnya pelan2. "Abis kon tol bapak besar sekali. no nok Dina belum pernah kemasukan yang sebesar kon tol bapak, masukin terus pak, nikmaat banget deh rasanya", jawabku sambil terus menggeliat. Setengah kon tolnya telah masuk. Dan satu sentakan berikutnya, seluruh kon tolnya telah ada di dalam no nokku. Aku hanya memejamkan mata dan menengadahkan muka saja karena sedang mengalami kenikmatan tiada tara. Dia mulai mengenjotkan kon tolnya keluar masuk dengan pelan, makin lama makin cepat karena enjotannya makin lancar. Terasa no nokku mengencang meremas kon tolnya yang nikmat banget itu. Tangannya mulai bergerilya ke arah toketku. Toketku diremas perlahan, seirama dengan enjotan kon tolnya di no nokku. Aku hanya menoleh ke kanan dan ke kiri, pinggulku mengikuti goyangan pinggulnya. kon tolnya terus saja dikeluar masukkan mengisi seluruh relung no nokku. Sambil mengenjotkan kon tolnya, dia mengemut pentilku yang keras dengan lembut. Dimainkannya pentil kanan dengan lidahnya, namun seluruh permukaan bibirnya membentuk huruf O dan melekat di toketku. Ini semua membuat aku mendesah lepas, tak tertahan lagi. Dia mulai mempercepat enjotannya. Aku makin sering menegang, dan merintih, "Ah... ah..." Dalam enjotannya yang begitu cepat dan intens, aku menjambak rambutnya, "Aaahhh pak, Dina nyampee," lenguhan panjang dan dalam keluar dari mulutku. Aku udah nyampe. Tanganku yang menjambak rambutnya itu pun terkulai lemas di pundaknya. Dia makin intens mengenjotkan kon tolnya. Bibirku yang tak bisa menutup karena menahan kenikmatan itu pun dilumatnya, dan aku membalasnya dengan lumatan juga. Kami saling berpagut mesra sambil bergoyang. Tangan kanannya tetap berada ditoketku, meremas-remas, dan sesekali mempermainkan pentilku. Terasa no nokku mencengkeram kon tol gedenya. "Uhhh," dia mengejang. Satu pelukan erat, dan sentakan keras, kon tolnya menghujam keras ke dalam no nokku, mengiringi muncratnya pejunya. Tepat saat itu juga aku memeluknya erat sekali, mengejang, dan menjerit, "Aahhh". Kemudian pelukanku melemas. Aku nyampe untuk kedua kalinya, namun kali ini berbarengan dengan ngecretnya pejunya. Setelah dengusan napas mereda, dia mencabut kon tolnya dari no nokku dan terkapar disebelahku. "Pak, kon tol bapak lemes aja udah gede, gak heran kalo ngaceng jadi gede banget. Bener kata temen Dina, makin gede kon tol yang masuk, makin nikmat rasanya", kataku. "Memangnya kon tol cowok kamu kecil ya Din", tanyanya. "Ya kecil lah kalo dibandingkan dengan kon tol bapak, ukurannya extra larga ya pak". "Iya Din, aku sering ngen tot dengan perempuan lain, tapi dengan kamu yang paling nikmat. no nok kamu kenceng sekali njepit kon tolku dan empotannya luar biasa", katanya memuji. Aku cuma tersenyum, "Mo lagi ya pak".Iyalah, aku sih gak bakalan puas deh ngen totin kamu Din". Dia langsung mulai lagi, luar biasa staminanya, kon tolnya dah mulai ngaceng lagi. tangannya mulai meremas-remas pantatku. Kemudian, dia mengangkat satu kakiku dan menahannya selagi tangan satunya meraih no nokku. "Ohh.. pak," rintihku. Kurasakan napsuku mulai naik. Jarinya dengan lincah menggosok-gosok lupak no nokku yang mulai basah. Nafasku juga mulai cepat dan berat. ia membuka cdku dan membuka lebar-lebar pahaku sehingga no nokku terpampang lebar untuk dijelajahi oleh tangannya. Dengan sigap tangannya kembali meraih no nokku dan meremasnya. Dia menjilati telingaku ketika tangannya mulai bermain diit ilku. Napsuku sudah tak tertahankan lagi. Aku mulai mendesah-desah tak keruan. Jilatan maut di telingaku menambah nafsuku. Dia terus menekan-nekan it ilku dari atas ke bawah. aku meracau tak karuan. "Ahh.. Shh.. pak" desahku bernafsu. Jarinya dengan lihai menggosok-gosok dan menekan it ilku dengan berirama. Rasanya bagaikan melayang dan desahanku berubah menjadi rintihan kenikmatan. Tak sampai 15 menit kemudian, aku nyampe. "Pak, nikmat banget, belum dien tot saja sudah nikmat," desahku, tanganku meremas tangannya yang sedang bermain di it ilku dengan bernafsu. Di luar perkiraanku, dia maalah memperkeras dan mempercepat gerakannya. Dia merentangkan kedua pahaku. Kurasakan jilatan lidah di bibir no nokku, rasa menggelitik yang luar biasa menyerang tubuhku. Jilatan itu menjalar ke it ilku, kurasakan gigitan lembut di it ilku yang kian merangsang napsuku. Aku melenguh keras disertai jeritan-jeritan kenikmatan yang seakan menyuruh dia untuk terus dan tak berhenti. Melihat reaksiku, dia terus menggesekan jarinya di liang no nokku yang sudah membanjir. Tak kuasa menahan nikmat, aku pun mendesah keras terus-menerus. Aku meracau tidak beraturan. Kemudian kurasakan sensasi yang luar biasa nikmatnya tak lama kemudian. no nokku mengeluarkan cairan deras bening, aku nyampe untuk kedua kalinya. "Pak, ooh", lenguhku. Dia meremas toketku dengan sangat keras. Aku melenguh sakit, kemudian pentilku yang menjadi sasaran berikutnya, dipilin dan dicubitnya pelan. Napsuku kembali berkobar, no nokku kembali membasah, "Pak, en totin Dina sekarang, Dina udah napsu banget pak", erangku. kon tol besarnya sudah ngaceng berat mengangguk2. Dia menggesekkan kepala kon tolnya ke bibir no nokku yang sudah basah. Aku merasakan sensasi lebih daripada jilatan lidahnya di no nokku sebelumnya hingga kutanggapi sensasi luar biasa itu dengan rintihan keras kenikmatan. "Ahh! pak..Ohh.. en totin Dina" racauku. Dengan perlahan ia memasukkan kepala kon tol ke dalam no nokku, segera dia menyodok-nyodok kon tolnya dengan kuat dan keras di no nokku. Rasanya nikmat sekali. Dia mendesah terus-menerus memuji kerapatan dan betapa enaknya no nokku. kon tolnya yang panjang dan besar terasa menyodok bagian terdalam no nokku hingga membuatku nyampe lagi. "pak, Dina nyampe pak, aakh nikmatnya", erangku. Kemudian dia membalikkan badanku yang telah lemas dan menusukkan kon tolnya ke dalam no nokku dari belakang. Posisi doggie ini lebih nikmat karena terasa lebih menggosok dinding no nokku yang masih sensitif. "Oh Din..no nokmu bagaikan sorga, " Akhirnya setelah menggenjotku selama setengah jam, dia ngecret didalam no nokku. Pejunya terasa dengan kuat menyemprot dinding no nokku. Dia melenguh nikmat dan badannya mengejang-ngejang. Tangannya dengan kuat meremas toketku dan menarik-narik pentilku. Setelah reda, dia berbaring di sebelahku dan menjilati pentilku. Pentilku disedot-sedot dan digerogotinya dengan gemas. Tampaknya dia ingin membuatku nyampe lagi. Tangannya kembali menjelajahi no nokku, namun kali ini jarinya masuk ke dalam no nokku. Dia menekan-nekan dinding no nokku. Ketika sampai pada suatu titik, badanku mengejang nikmat dan dia tampaknya senang sekali hingga jarinya kembali menggosok-gosok daerah rawan itu dan menekannya terus menerus. Wow! Rasanya ajaib sekali! nikmatnya tak tertahankan. G-Spot ku. Aku tidak bertahan lama dan akhirnya nyampe lagi untuk kesekian kalinya. Badanku mengejang dan no nokku kembali berlendir. "pak nikmat banget deh malem ini", kataku. Pinter banget dia merangsang aku dan membuat aku nyampe, baik pake kon tolnya maupun pake jarinya. Segera akupun tertidur kelelahan. Ketika aku terbangun hari udah siang, dia masih saja mendengkur disampingku. Aku bangun ke kekamar mandi untuk kencing, cuci muka dan sikat gigi. Ketika kembali ke ranjang dia masih saja mendengkur. Aku ngintip dibalik korden kamar, matahari udah tinggi juga. Aku melihat jam tanganku, udah jam 8 lewat. Korden kusibakkan, dia terpakun karena silau, matanya dipicingkan untuk mengurangi silaunya sinar yang masuk kamar. Kulihat kon tolnya sudah tegak lagi seperti tiang bendera. Dia ke kamar mandi, terdengar kloset berbunyi, rupanya dia kencing. gak lama lagi terdengar dia menyikat gigi. Ketika dia kembali ke kamar, aku udah berbaring di ranjang lagi menantikan serangan pagi. Aku melihat kon tol besarnya masih aja ngaceng dengan kerasnya walaupun dia udah kencing. Dia duduk disampingku dan mencium bibirku. "Pagi Din, kita main lagi yo", ajaknya. Kembali dia menciumku, aku menyambut ciumannya dengan napsu juga, bukan cuma bibir yang main, lidah dan ludah pun saling belit dan campur baur dengan liarnya. Sebelah kakiku ngelingker di pinggulnya supaya lebih mepet lagi. Tangannya mulai main, menjalari pahaku. Tangannya terus menjalar sampai menyentuh celah di pangkal pahaku. no nokku digelitik-gelitik. Aku menggelepar merasakan jari-jarinya yang nakal. Bibir kulepas dari bibirnya. "Hmmhhh...enak, pak." jeritku. jari-jarinya tambah nakal, menusuk lupak no nokku yang sudah berlendir dan mengocoknya. Aku tambah menjerit-jerit. "pak...hhh...masukkin kon tol bapak, Dina udah nggak tahan..hhhh...hhh..." Dia segera memposisikan diatasku yang sudah telentang mengangkang. kon tolnya ditancapkan ke no nokku, aku melenguh keenakan, "pak, kon tol bapak nikmat banget deh". kon tolnya didorongnya lagi sampai mentok. "pak..oohhh..nikmatnya" jeritku. kon tolnya dikocok keluar masuk no nokku. Aku mulai mengejang-ngejang lagi dan bibirku tak henti-henti menyuarakan kenikmatan. Kurang lebih dua puluh menitan akhirnya dia ngecret. Ugh, rasanya enak bener...! Pejunya berhamburan keluar, bermuncratan dan menembak-nembak didalam no nokku. Aku sendiri sudah beberapa kali nyampe sampe no nokku mengejang-ngejang keenakan. Lendir dari no nokku membanjir...meleber di paha, betis dan pantatku. Aku menggeletak lemas. Aku dan dia sama-sama mandi keringat. Nafasnya terengah-engah tak beraturan. Dalam nada tersengal-sengal sekarang aku yang minta lagi, "Dina masih kepengen sekali lagi...". dia merebahkan badannya di sampingku. Dia kembali menciumku. Aku ladenin ciumannya. Dia menindih badanku sambil menciumku. Lidah ketemu lidah, membelit, dan saling menjilat. Aku menggumam gumam kenikmatan, sambil berciuman dia menggoyang-goyang pinggulnya sampai kon tolnya yang telah ngaceng lagi terasa kena di no nokku. Bosen ciuman, bibir dan lidahnya menjalar ke kuping leher bahu, ketiak, terus ketoketku. Dia gemes banget ngeliat pentilku yang kecoklat-coklatan dan mencuat ke atas itu. Dia menjilat pentilku dengan rakus sampai Aku ngerasa geli. Pentil sebelah kanan digigitnya dengan lembut, lidah nya menggelitik pentilku di sela-sela gigi depannya, sementara toket sebelah kiriku di remas-remas. Tubuhku menggelinjang karena geli dan nikmat. Setelah beberapa saat di permainkan, toketku terasa mengeras dan pentilnya tegak. Lendir no nokku mengalir dan terasa basah di perutku. "pak, gantian Dina yang ngemut kon tol bapak ya", kataku sambil menelentangkan badannya diranjang. Aku mulai beraksi. Kupegang kon tolnya dengan kelima jariku. Kukocok-kocok batangnya perlahan. Dia menggumam pelan, "Enak Din, terus.." Lidahku mulai merambat ke kepala kon tolnya, kujilati cairan yang mulai muncul di lubang kencingnya. Lalu lidahku menggeser ke batangnya, menjelajahi tiap jenjang kon tolnya. Tangan kiriku mengelu-mengelus biji pelernya. "Din..." gumamnya pelan. "Enak banget, geli-geli nikmat". Aku hanya tersenyum ngeliat dia merem-melek kayak gitu. Terus aku membuka mulutku dan menjejalkan kon tolnya masuk ke dalam mulutku. kon tolnya kuisep kenceng-kenceng, lalu dengan mulut kukocok kon tolnya turun naik turun naik ...uuuuggggghhhh...sedap enak...mmmmhhhh...", erangnya. Aku lalu merubah posisiku untuk melakukan 69. Aku di atasnya dan menyorongkan pantatku ke mukanya. Dia nggak nunggu dua kali, langsung aja dia menjilati no nokku yang berlendir dan merekah merah itu. Bibirnya menyedot lubang no nokku, menghisap lendirnya. Lidahnya dimasukin ke dalam lubang no nokku, menjilati dinding-dinding basah, sementara jarinya mempermainkan it ilku. Aku mengerang-ngerang dengan kon tolnya di mulutku, menyuarakan kenikmatan. Lendir dari no nokku membajir membasahi mukanya. Aku melepaskan kon tolnya dari mulutku dan meminta dia menyodok aku dari belakang. Waktu kon tolnya masuk, aku hanya merintih pelan. kon tolnya dienjotkan keluar masuk dengan kencang, aku hanya bisa mengejang-ngejang menahan nikmat. Tangannya ikut nimbrung merangsang it ilku. Kocokan kon tol di no nokku dan kilikan jarinya di it ilku membuat aku mengerang dan menjerit-jerit kenikmatan. Sudah dua kali no nokku berkontraksi karena aku nyampe, tapi dia terus mengocok kon tolnya keluar masuk sampai aku lemes. Cairan no nokku membecek, meleleh turun ke paha. Setelah aku nyampe yang ke empat kali di ronde ke dua itu, dia akhirnya ngecret lagi. "pak, nikmat banget pagi ini, lebih nikmat dari semalem, aku sampe berkali2 nyampe baru bapak ngecret", lenguhku lemes. Dia mencabut kon tolnya dari no nokku. Kemudian dia menyiapkan sarapan untuk kami berdua, setelah itu kami mandi, dan aku dianternya pulang. "Terima kasih untuk malam yang indah bersamamu. Kapan2 kita bisa mengulangi kenikmatan ini". Dia menciumku, lama sekali.

Selasa, 19 Maret 2013

Anita sahabatku......

Dengan berdebar-debar akupun bergegas mengintip dari pintu, ternyata Anita! Ketika aku bukakan pintunya, Anita langsung bergegas masuk meninggalkan aku di depan pintu sambil terbengong-bengong. Hari itu Anita menggunakan kaus hitam berkerah rendah dilapisi dengan bleser coklat tua, dengan rok berbahan kulot bercorak coklat tua. Begitu sudah di dalam Anita langsung membuka blesernya yang ternyata memperlihatkan kausnya berlengan buntung. Menambah kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Sementara aku hanya menggunakan T-Shirt dan bercelana pendek. Kemudian dia duduk di tepi tempat tidur, menghadap ke TV. "Kenapa sih lu, bengong gitu liatin gue?" kata Anita. "Nggak, cuma heran aja sama lu, masuk ke dalam tanpa ngomong, buka bletser terus duduk nonton TV" "Siapa yang mau nonton, gue kan cuma baru dateng. Sori, yah, gue nggak nyapa lu dulu. Malah nyelonong masuk. Terus terang gue bingung, jantung gue deg-degkan nih" kata Anita. Akupun menyadari suasana seperti itu, kemudian aku menawarkan minum kepada Anita untuk mengendurkan suasana yang kaku. Setelah aku membuatkan teh yang diminta Anita, akupun duduk di bawah sambil bersandar ke tempat tidur. Anita yang berada didekatku meminum teh suguhanku sambil tetap duduk di pinggir tempat tidur. Posisi ini membuat aku bisa mudah memperhatikan lekuk kakinya yang bagus, yang sejak dulu aku kagumi, karena tepat berada di samping mukaku. Putih bersih tanpa noda. Sekali kali aku membuka pembicaraan dengan topik yang umum saja. Maksud aku hanya untuk mengendurkan suasana, dan ternyata aku berhasil. Aku dapat melihat bahwa Anita sudah dapat rilex dengan susasana ini karena dapat menimpali pembicaraanku dengan cepat dan sekali-sekali tertawa mendengar celotehanku. Setelah Anita minum teh, dia berdiri dan meletakkan gelasnya di atas meja di samping TV, kemudian duduk dibawah, disamping kananku dengan bersandar pada tempat tidur. Sambil terus berbicara, aku mencoba memeluk pundaknya dari samping, dan tangan kiriku memegang tangan kirinya. Sambil terus kami berbicara, aku mencoba merasakan kehalusan kulitnya dengan sentuhan-sentuhan halus ujung jariku yang aku lakukan. Dari pundak aku sentuh turun ke telapak tangannya, silih berganti. Sentuhan-sentuhan lembut yang aku lakukan tidak di pungkiri membuat Anita terpengaruh, walaupun dia tetap saja berbicara. Terbukti bulu-bulu pada tengkuknya terlihat berdiri, karena ulahku itu. Ditambah lagi sekali-kali aku mencium pundaknya. Sentuhan tangan kananku yang tadi dengan tangan kiriku menyentuh tanganganya, kini berpindah ke perutnya, sementara tangan kiriku masih memberi sentuhan pada tangan kirinya. Sentuhan pada perutnya terus beranjak naik, sampai aku menyentuh payudaranya walau masih di balut dengan bra dan kausnya. Lama aku melakukan aksi tersebut sambil memberikan sentuhan dari luar. Kemudian tanganku itu turun kembali kebawah yang kemudian meyusupkan ke dalam kaus Anita. Sentuhan pada perutnya aku langsung berikan tanpa halangan dari kausnya. Terus naik ke atas sampai aku menemukan payudaranya yang masih terbungkus payudara. Begitu kenyal dan nikmat sekali rasanya, meremas-remas payudaranya dengan lembut, kemudian aku berusaha mencari-cari putingnya sambil terus meremas lembut serta memberi kecupan pada pundaknya. Anita yang sudah mulai merasakan perbuatanku itu sambil memejamkan matanya, sudah terdiam sejak tadi tiba-tiba menepis ulahku itu sambil menarik tanganku dari balik kausnya, "Sudah, yah.." kemudian dia mengecup bibirku, yang di jawab dengan lumatanku sambil terus memberi sentuhan. Kali ini yang manjadi sasaranku adalah kakinya, karena posisi Anita agak sedikit miring ke arah aku. Sedikit demi sedikit tanganku meraba, dan menyentuh kakinya sampai aku menyusupkan dibalik roknya. Didalam roknya tanganku mulai mencari-cari pangkal pahanya yang masih tertutup dengan celana dalamnya. Rangsangan yang aku berikan mungkin menambah panas suasana, karena Anita menyambut lumatanku dengan bergairah. Kemudian tanganya mulai meraba-raba gundukan di balik celana pendekku yang sejak dari tadi menegang hebat, yang kemudian aku membimbing tangannya untuk memasukkan ke dalam celanaku. Terus aku melanjutkan aksiku di dalam roknya. Aksinya yang memijat nikmat penisku dari dalam celana, membuat aku bernafsu sekali. Akupun menyudahi lumatanku dan kecupanku pada lehernya, dan langsung menurunkan kepalaku ke bawah, untuk memberi kecupan dan jilatan kecil pada kedua kakinya. Dari bawah, terus ke arah pangkal kaki, sedikit demi sedikit aku memberi sentuhan, kecupan dan jilatan pada kedua kakinya. Sampai akhirnya di pangkal kakinya, dengan menyibakkan roknya sedikit demi sedikit, akhirnya aku dapat melihat celana dalamnya yang berwarna coklat yang sangat muda. Akupun lebih bernafsu untuk memberikan jilatan disekitar pangkal pahanya. Begitu aku berniat untuk menurunkan celana dalamnya, Anita tiba-tiba berdiri dan duduk di pinggir tempat duduk. Posisi aku yang sudah terlanjur memegang karet CD-nya, malah membuat turun agak kebawah karena Anita berdiri. Anita yang tahu hal itu langsung menurunkan roknya dan duduk di samping tempat tidur. "Kita jangan sampai ML, yah?" kata Anita. "Memangnya kenapa? Tuang spermanya gimana? Gini aja, gue akan merangsang lu sampai keluar, setelah itu gue masukin punya gue dan tumpahkan sperma gue didalem, gimana? Soalnya kalau numpain doang mah, yang enak gue aja dong?" pintaku kemudian. "Sama aja donk kita ML?". "Nggak lama kok, paling kalau gue sudah nafsu banget kaya gini, paling lama semenit!" sergahku. "Makanya lu gue buat klimaks dulu, baru gue masukin". "Tapi.." belum sempat Anita meneruskan aku sudah melumat bibirnya yang seksi itu, sambil tangan kiriku meraba-raba selangkangannya dari balik rok. Terasa basah disitu. Kerena lumatanku dibibirnya dan rangsanganku dari bawah, Anita merebahkan dirinya diatas kasur dengan posisi kaki yang menjuntai ke bawah tempat tidur. Akupun masih terus bergerilya, atas-bawah. Kemudian aku menurunkan arah seranganku ke bagian bawahnya. Dari leher, pundak, aku remas payudaranya, terus ke perutnya, sampai dengan aku menyibakkan kembali roknya. Disitu aku melihat posisi celana dalamnya yang sudah merosot ke bawah, walaupun masih diatas dengkul, tapi sudah memperlihatkan bulu-bulu yang hitam dan halus serta terawat dengan rapi. Untuk beberapa saat aku masih kagum dan takjub dengan pemandangan itu. Dari posisi di samping Anita, akhirnya aku memberi sentuhan halus melalui bibir dan kecupanku di sekitar selangkangannya. Sedikit demi sedikit memberi kecupan dan sentuhan, dan terus turun ke kakinya, sampai aku turun dari atas tempat tidur memberi kecupan pada kakinya yang menjuntai kebawah. Kemudian masih terus mengecup kakinya dari bawah terus ke atas lagi, dan sedikit demi sedikit aku menarik turun celana dalamnya sambil memberi kecupan dan jilatan kecil pada sekujur kaki indahnya yang aku kagumi itu. Setelah celananya aku lepas, dalam posisi duduk di bawah dan menghadap ke arah selangkangan Anita, aku membuka kakinya lebar-lebar kemudian dengan meletakkan kedua pahanya di atas pundakku, dan aku langsung melahap vaginanya yang terawat sangat rapih sekali. Dengan kulit bersih, bulu yang halus, vagina yang dimiliki Anita sangat bagus sekali. Yang membuat diriku jadi bernafsu sekali dan ingin sekali menyutubuhinya. Aku melumat vaginanya dengan sangat bernafsu sekali, sampai terdengar erangan lepas Anita yang sudah tidak tertahankan sambil menggeliat kekiri dan kekanan. Erangan-erangan Anita tersebut membuat diriku lupa, dan terus melumat dan menjilat vagina nan indah itu, sambil memberi elusan kepada kedua pahanya dengan kedua tanganku. Elusanku itu kemudian beralih ke atas. Dari balik kausnya aku memberi sentuhan-sentuhan ke perutnya, sampai akhirnya aku memeras halus kedua payudaranya yang sebelumnya sudah aku keluarkan dari 'cup' yang hanya menutup setengah dari payudaranya. Remasan halus yang aku berikan memberikan nuansa kenikmatan tersendiri bagiku. Karena selain kulitnya yang sangat halus, ukuran dan kekenyalannya membuat aku makin bernafsu untuk menyetubuhinya. Walaupun aku belum melihat payudaranya secara langsung, karena masih tertutup di balik kaus. Setelah beberapa menit, tiba-tiba Anita mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan kedua kakinya menjepit kepalaku ke arah selangkanganku. Sambil setengah teriak yang tertahan Anita berkata, "Nnnto, .. Aku mau keluarr.. Aduhh!!" kemudian Anita mengejang untuk beberapa saat. Aku yang masih terus melahap vaginanya, merasakan ada cairan yang keluar dari dalam vaginanya. Setelah Anita terhempas lemas, aku masih saja membersihkan cairan cinta yang keluar dari dalam vaginanya. Setelah itu baru aku merangkak naik sambil menyibakkan kausnya untuk melihat payudaranya, setelah terlihat, aku menjilatinya dengan lahap. Anita yang masih keletihan setelah orgasme yang pertama, hanya terlihat pasrah saja. Karena aku sudah sangat bernafsu sekali, aku langsung melepas celanaku. Rotanku yang sudah sangat keras memang sedari tadi sudah membuat aku tidak nyaman. Dalam keadaan Anita yang pasrah tersebut, Aku langsung memasukkan penisku dalam lubang cinta milik Anita. Seret, tapi nikmat sekali. "Aduh! Ahh.." desah Anita sambil memejamkan matanya. Sedikit demi sedikit aku masukkan, kemudian aku tarik sedikit, aku masukkan lagi yang lebih dalam, yang akhirnya aku menyodoknya dalam-dalam sampai mentok dengan pangkal penisku. Kamipun menyatu, dan keinginan aku tadi untuk menyutubuhinya sudah terpenuhi. Karena desahan-desahan Anita yang membuat aku sangat bernafsu sekali, sambil memeluk tubuh Anita yang masih berpakaian lengkap aku segera menggenjot tubuhnya dengan cepat. Akhirnya dengan hitungan cepat pula, akupun sudah tidak tahan untuk menyemburkan lahar panasku. Aku langsung mendekap Anita kencang-kencang sambil menekan dalam-dalam penisku ke dalam vaginanya. "Ahh, .. Gue keluar" akupun menyemburkan cairan cintaku di dalam rahim Anita. Perasaan nikmat menjalar di dalam tubuhku. Untuk beberapa saat aku masih mendekap tubuh Anita karena belum mau melepaskan rasa nikmatku itu. Beberapa saat kemudian akupun bergulir terlentang disamping Anita. Sambil memegang tangannya, akupun berkata, "Enak banget punya lu, Nit. Untung lu bukan istri gue. Kalau Istri gue, ntar gue jadi males kekantor gara-gara nafsu terus ama lu". "Hehehe, punya lu juga enak kok. Cuma sayangnya cepet amat!" kata Anita, "Sepertinya barang lu itu lebih besar deh, dari punya Randy. Soalnya gue ngerasa agak mampet di vagina gue". "Masa sih? Ah, lu bisa-bisanya aja. Emang sih, tadi cepet banget. Abis gue sudah nafsu banget pingin nyetubuhin elu. Lagian tadi kan, lu bilang nggak mau ML. Jadi, dari pada waktu gue sudah nafsu banget dan sudah masukin barang gue tiba-tiba lu tadi nolak, atau kabur? Kan gue yang rugi. Mending gue nyetubuhin elu dengan cepat. Yang penting nafsu gue tersalurkan. kalau mau yang lama ntar aja kita coba lagi, yah?". "Hahaha, emang dasar lu! Emang lu nggak capek?" kata Anita sambil tertawa renyah, saking gemasnya membuat aku langsung melumat bibirnya yang seksi itu. Lama aku melumatnya, yang kemudian aku bangun meninggalkanya untuk pergi membersihkan penisku di kamar mandi. Di kamar mandi aku membersihkan sisa-sisa cairan cintaku yang masih melekat dengan air hangat shower. Tidak lama setelah aku masuk ke dalam kamar mandi, Anita ikutan masuk, untuk membersihkan cairan cintaku yang keluar dari vaginanya. Sambil mengangkat kaki kanannya ke atas closet dan menghadap ke cermin besar, Anita membersihkan vaginanya dengan tisyu WC. Sementara aku yang sedang mengeringkan penisku dengan handuk, terus memperhatikan kaki jenjang yang indah itu dan aktifitas Anita. Kakinya yang putih bersih nan indah itu, terlihat apik sekali kalau dilihat dari belakang yang tiba-tiba membuat libidoku naik. Rupanya Anita juga memperhatikan aku melalui pantulan cermin di depannya (shower berada di depan cermin). Dia tersenyum melihat aku tidak berkedip melihat dirinya. Senyumannya itu lho, aduh. "Nit, jangan senyum-senyum gitu, napa?" kataku dengan gemas. "Lhaa, emang kenapa? Kan lu juga ngeliatin gue terus, kan?" kata Anita. Aku menghampiri Anita yang masih sibuk membersihkan cairan yang merembes di paha sisi dalam. "Kok, di bersihin, Nit? katanya mau di jadiin?" "Cuma yang di luar aja, kok. Lagian nggak enak kalau buat jalan, ada sperma di paha gue". Sambil Anita bicara, aku mencium lehernya yang putih itu, sambil memeluknya dari belakang. "Ihh, geli doonk!" protes Anita, karena membuat tidak leluasa membersihkan pahanya. Aku nggak peduli, sambil jongkok malah terus menciumi kakinya yang terangkat itu sambil tangan kiriku mengelus sekujur kakinya yang berpijak di lantai, kemudian sedikit demi sedikit terus ke atas, sampai kemudian aku menciumi lehernya kembali. Dalam posisi berdiri dan setengah memeluk dari belakang, aku terus menerus menciumi Anita yang sudah mulai terpejam dan menikmati sentuhanku itu. Kemudian tangan kananku menuju selangkangannya dan bermain-main dengan lembut pada bulu-bulu halus dan sekitar vaginanya. Sementara tangan kiriku menyusup ke dalam kausnya mencari daging-daging kenyal yang tertutup bra.Sedikit demi sedikit Anita terpengaruh dengan aksiku itu. Tanpa membuang waktu lagi aku menyodorkan penisku yang sudah setengah online ke vaginanya. Perlahan tangan kananku itu membimbing penisku ke vagina Anita dari belakang, sementara Anita memberi peluang dengan meninggikan pantatnya dan tanganya bertumpu dengan sikunya pada pinggir wastafel. Rasa nikmat dan hangat menjalar pada kami berdua saat penisku masuk ke dalam vagina Anita. Kemudian aku menyodoknya perlahan sekali untuk memberi nuansa yang lebih nikmat dan sensual, sementara aku memeluknya dari belakang dan memeras lembut payudaranya, sambil terus mengecup tengkuknya dan lehernya. Perlakuanku tersebut membuat kami benar-benar menikmati persetubuhan kami itu. Sambil terpejam dan sekali-kali mengigit bibirnya, dari mulut Anita mengeluarkan suara desahan lembut. Aku menyetubuhinya berdiri dari belakang sambil memperhatikan Anita dari kaca, melihat gocangan payudaranya, desahannya, dan ekspresi mukanya yang sensual, menambah gairahku saat itu. Di menit yang kesekian, Anita menurunkan kakinya dari atas closet dan masih bertumpu di depan cermin, dia menunggingkan pantatnya ke belakang yang membuat aku dapat menikmati bongkahan pantat yang indah. Sambil sekali-sekali meremas pantatnya itu, aku menyodoknya terus menerus yang diimbangi oleh Anita dengan goyangan pada pantatnya dan menekan ke pangkal penisku. Menit demi menit berjalan dengan nikmat. Kami masih bertahan dengan posisi yang sama. Sampai aku merasakan denyutan halus di dalam vagina Anita yang makin terasa. Sambil menyusupkan tanganku di balik kausnya, yang membuat Anita dalam posisi nungging menyondongkan badannya ke belakang membuat aku dapat meremas payudaranya dengan mudah. "Ssshh, uuhh.. Hmm.. Ssh, gue mau sampai, To.." "Tahan sebentar yah Nit, gue juga.. Uhh, nikmat banget, tahan sebentar.." Aku merasakan denyutan di vaginanya kian terasa, yang kemudian Anita mulai mengejang. Akupun yang sudah sampai puncaknya, dengan rapat memeluknya dari belakang serta memberi sodokan-sodokan terakhir penisku dengan keras. Kamipun bergetar hebat, menikmati persetubuhan kami itu dengan klimaks bersama. Sementara cairan cintaku yang aku tumpahkan di dalam vagina Anita terasa hangat bercampur dengan cairan cintanya. Nikmatnya persetubuhan kami itu dirasakan oleh kami berdua, terbukti dengan bulu halus pada tengkuk Anita terlihat berdiri, yang kemudian aku kecup dengan lembut. Anita berbalik diperperlakukan seperti itu, kemudian mengecup lembut bibirku, yang aku jawab dengan kecupan-kecupan lembut pula dibibirnya yang seksi. Entah kenapa, aku merasa senang sekali memperlakukan Anita seperti itu. Sentuhan, kecupan yang lembut, aroma tubuh dan hembusan nafas serta dekapan kami berdua menambah mesra suasana romantis saat itu. Sementara suara TV di ruang tidur mengumandangkan lagu Cinta Kita dari Titi Dj, "Aku tetap bertahan.. walau badai datang menerjang.. Menjaga cinta, kita, slalu bersama.. Sungguh cinta kita tiada.. Duanya..". Kecupan demi kecupan, belaian demi belaian kami lakukan. Hembusan nafas yang memburu menambah gairah kami, yang sebelumnya telah melakukan persetubuhan dengan kenikmatan sensual dan romantis. Sambil berpagutan, aku mendorong Anita perlahan-lahan ke tempat tidur. Dalam posisi duduk di tepi tempat tidur, aku pangku Anita tanpa melepaskan pagutan kami berdua, yang menambah panas suasana di ruangan itu. Anitapun dengan bergairah melepaskan pakaianku yang masih tersisa, sementara akupun tidak tinggal diam. Kaus Anitapun aku buka, dan terpampanglah buah dada yang kenyal itu, sedikit terbungkus dengan bra. Aku langsung menciumi buah dada Anita sambil membuka ikatan dari depan. Setelah terbuka, aku pelintir putingnya dan aku sedot puting satunya. Dicium, menjilati, dan aku remas dengan lembut buah dada Anita yang indah itu dengan penuh kasih sayang. Desahanan Anita menjadi-jadi, setelah ia memasukkan penisku ke dalam vaginanya sendiri perlahan-lahan sekali. Sambil memeluk Anita, aku menciumi seluruh area dadanya, tanpa kecuali bahu dan ketiaknya, Sementara Anita perlahan tapi pasti menaik-turunkan tubuhnya dengan sekali-sekali memutar pantatnya dengan halusnya tatkala penisku tertancap jauh di dalam vaginanya. Menit demi menit, suasana romantis tersebut bertambah nikmat dengan perlakuan kami berdua, yang memberi belaian, kecupan, rangsangan dengan rasa cinta, romantis dan penuh kasih sayang. Goyangan Anita pun menjadi-jadi, dengan meningkatnya gairah kami berdua. Tatkala gerakan Anita bertambah cepat, akupun mendekapnya dengan erat sambil memberikan sodokan-sodokan ke atas, sampai jeritan panjang Anita yang merasakan ejakulasi setelah mendapat orgasmenya tersebut. Tanpa melepaskan pelukan, aku mengejang untuk beberapa saat dan menikmati persetubuhan kami yang nikmati dan kemudian memberikan kecupan sayang kepada Anita yang telah memberikan kenikmatan dalam persetubuhan. Sambil memeluk Anita, Aku ambuk ke belakang. Aku membelai rambutnya, mengecup kening dan bibir Anita yang terlihat sangat letih tapi terlihat cantik, walaupun terihat rambut seluruh mukanya dan tubuhnya basah bermandikan keringat. "Lu keliatan capek, Nit. Istirahat dulu aja," kataku. "Nggak ah, gue emang capek, tapi seneng banget ngelayanin lu. Abis enak banget!" kata Anita kemudian. "Enak barang gue, atau lu emang doyan sex?" "Dua-duanya sih.. Hahaha, tapi sentuhan lu itu lho, bikin gairah gue berkobar! Touch of Art.." Aku tertawa mendengar kelakar Anita tersebut. Kemudian aku bangkit menuju kamar mandi untuk buang air kecil dan membersihkan sisa cairan cinta kami berdua, sementara Anita Anita bergerak ke arah bantal besar diatas tempat tidur. Di kamar mandi aku menyempatkan untuk menghisap sebatang rokok kesukaanku. Sambil menghisap aku memandang cermin di depanku, "Bermimpikah aku ini" batinku. Aku cubit-cubit mukaku, perih. "Berarti aku nggak mimpi. Aku menyetubuhi Anita? Wah.." Sambil menghisap rokokku, aku tersenyum bangga sekali, karena bisa tidur dengan Anita. Setelah hisapan terakhir rokokku, aku berkumur dengan pengharum mulut dan kembali ke ruang tidur. Di atas tempat tidur, ternyata Anita sudah tertidur lelap. Dengan posisi setengah tengkurap (miring) ke kiri, satu kaki tertekuk ke depan, dan kaki satunya lurus sejajar dengan tubuhnya. Pemandangan erotis yang aku lihat, pantatnya yang bulat, dengan posisi seperti ini membuat libidoku naik dengan cepat. Perlahan-lahan aku merangkak menghampiri Anita. Dalam posisi yang sama, vagina Anita aku masukkan dengan penisku yang sudah setengah tegang, bless. Sedikit-demi sedikit aku masukkan dengan bantuan tangan kananku, sementara tangan kiriku membelai bongkahan pantatnya. Setelah penisku masuk hampir semua, aku maju-mundurkan perlahan-lahan, sementara kedua tanganku bergerilya ke suluruh kaki dan pantatnya. Sodokan-sodokan halus yang aku lakukan ternyata tetap membuat Anita tersadar dari tidurnya, yang kemudian menoleh ke arahku. "Auhh.. uhh, To.. Belai aku dong.. Nikmat juga nih! Geli.." kata Anita kemudian. Sodokanku kemudian lebih cepat dan berirama sambil mengusap sekujur tubuh serta meremas halus buah dadanya. Setelah puas, aku menyuruh Anita untuk tengkurap, dengan pantat ditinggikan. Dalam posisi tersebut, aku setubuhi Anita dari atas yang mengerang dan mendesah erotis sekali. Bongkahan pantat Anitapun tak luput dari remasan tanganku. Setelah aku bergerilya di seluruh tubuhnya, buah dadanya yang terhimpit dengan kasur tidak luput juga dari remasan tanganku. Sodokan demi sodokan aku berikan serta keringat kami yang membanjir, menghasilkan citra rasa dan gairah pada kami berdua. Erangan, desahan kami berdua serta sentuhan-sentuhan kami membuat gelora birahi kami memuncak. Sampai pada puncak gairah kami itu, aku menyuruh Anita untuk terlentang. Dengan gaya konvensional tersebut, aku setubuhi Anita sambil memeluk erat tubuhnya untuk mengakhiri sesi ini. Dekapan aku buat dan pagutan kami diakhiri dengan ejakulasi kami yang hampir bersamaan. Bermula dari aku yang mengejang sambil mendekap erat tubuh Anita serta mengigit lehernya dengan bibirku, kemudian Anita menyusul dengan mendekap punggungku dengan himpitan kakinya yang erat pada pinggangku, menambah pesona tersendiri bagi kami berdua karena menambah masuknya penisku ke dalam vagina Anita. Setelah itu aku memberikan ciuman mesra kepada Anita dengan rasa sayang. Menit berikutnya aku ambruk disampingnya. Peluh kami sudah tidak terkira banyaknya disertai nafas kami berdua yang tersenggal. Setalah itu kamipun mandi berdua, sambil bercanda aku dan Anita saling memandikan dengan mesranya. Setelah selesai, kami mengeringkan tubuh kami bersama dan pergi ke tempat tidur. Diatas tempat tidur, kami tidur berpelukan dengan mesra tanpa ada rasa canggung. Sementara di TV menampilkan lagu 'Bilakah' dari grup musik Ada Band, kamipun kemudian tertidur pulas. Aku tidak tahu sudah berapa lama tertidur, sampai kurasakan ada sesuatu yang geli pada selangkanganku. Sewaktu terbangun, kulihat Anita sedang mengulum dan menjilati penisku seperti makan candy. Dari mulai biji pelir sampai lubang penisku, tidak luput dari sergapan lidah dan kuluman Anita. Rasa nikmat menjalar di sekujur tubuhku tatkala Anita mengulum penisku disertai dengan sentuhan giginya di ujung penisku. Penisku yang sudah mengeras bertambah keras diperlaskukan sedemikian rupa olehnya. Setelah itu Anita mengambil posisi berjongkok di atas penisku. Sambil mencengkram dan membimbing penisku ke arah lubang cintanya, sedikit-demi sedikit penisku masuk. Kemudian ditarik kembali, digosok-gosokkan di sekitar lubang vaginanya dan dimasukkan kembali. Setelah amblas sampai biji pelirku menyentuh bibir kemaluiannya, Anita mulai menaik-turunkan tubuhnya perlahan-lahan. Aku tidak tinggal diam. Kuremas pantatnya silih berganti yang kemudian beralih pada buah dadanya. Anita yang bergerak naik turun dengan cepat kemudian memutar-mutar pantatnya diatasku, membuat rasa sensualitas pada gairah kami berdua. Kemudian dia menunduk untuk merapatkan tubuhnya diatas dadaku, yang aku balas dengan dekapan mesra dan ciuman bertubi-tubi pada bibir dan lehernya sambil memberikan sodokan keras dari bawah. Aku kemudian meminta Anita untuk memutar tubuhnya membelakangi diriku. Dalam posisi tetap di bawah, aku dapat memelihat bongkahan pantatnya menghantam penisku dengan mantap. Akupun dapat leluasa meremas pantatnya dengan sekali-kali meremas-remas punggungnya. Menit berlalu tanpa terasa, dengan posisi yang sama kami meraup kenikmatan dan sensualitas bersama. Setelah itu aku meminta Anita untuk menungging. Dengan posisi doggy style aku menyetubuhinya sambil meremas buah dadanya dengan lembut. Sodokan-sodokan yang lembut, gigitan kecil dan usapan lembut pada sekujur tubuh Anita membuat diriku tidak dapat membendung gairah puncakku itu. Yang kemudian aku meminta Anita untuk kembali pada posisi awal, aku dibawah dan Anita diatas untuk dapat mendekapnya dengan mesra. Sodokanku dari bawah dan himpitan selangkangan Anita dari atas menambah menit akhir orgasme kami kian dekat. Sambil menyodok dari bawah akupun mengusap lembut lubang duburnya yang kemudian menambah getaran tubuh dan denyutan yang keras pada vaginanya. Pada posisi tersebut dan saling mendekap erat, kami mengakhiri persetubuhan kami itu dengan tubuh kami yang saling mengejang dan semburan cairan cinta kami di dalam rahim Anita. Setelah berakhir, Anita jatuh disisiku dengan rasa yang sungguh nikmat. "Uhhff.. Baru kali ini gue ngerasain enaknya bercinta," kataku kemudian. "Kalau tahu seperti ini, mungkin dari dulu gue sudah minta ke elu sebelum elu digosok abis ama laki lu.." "Enak aja lu! Emang gue mau ngasih perawan gue ke elu! Jangan konyol.." kata Anita sambil melempar bantal ke arahku. "Eh, tapi kan elu tadi nikmatin juga persetubuhan kita?" "Iya siih, tapi kan karena gue mau cepet dapat anak. Kalau perawan gue tetep dikasih ke suami gue, donk" "Seett, pelit amat sih lu!!" kataku itu disambut dengan lemparan bantal lagi oleh Anita. Aku yang sudah tahu gelagat dapat menghindari lemparan tersebut dan lari ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai giliran Anita untuk membersihkan diri. Waktu sudah menunjukkan hampir jam tujuh malam, ketika Anita pamit kepadaku untuk kembali ke rumah. Akupun mendekapnya dengan mesra serta memberinya kecupan pada kening dan bibirnya. Setelah itu kamipun berpisah, Anita pulang dan aku tetap di hotel, kembali istirahat untuk mengembalikan staminaku yang terkuras. Aku memang berminat checkout pagi-pagi setelah sarapan. Hari-hari berikutnya di kantor, aku tetap bertemu dengan Anita. Bila bertemu dan berbicara, kami berbicara dan bersikap seperti biasa saja seolah-olah tidak ada kejadian apapun pada kami berdua. Sampai kira-kira pada minggu ke-2 atau ke-3 setelah kejadian itu, Anita memberi kabar bahwa dia hamil. Dan Anita memastikan bahwa anak yang dikandung tersebut adalah anakku, karena disesuaikan dengan umur kandungan dan peristiwa yang kami lakukan. Dari perselingkuhannya dengan aku pertama kali hingga kini, aku telah melakukan persetubuhan dengannya dua kali lagi, dimulai dari Anita memberitahukan bahwa dirinya hamil. Walaupun kami tidak melakukannya seperti pertama (kami hanya melakukan sekali setiap pertemuan), karena takut merusak janin yang ada dalam kandungannya. Sampai kami sepakat untuk tidak melakukannya lagi, mengingat tujuan perselingkuhan kami semula, dan untuk menghormati suami Anita. Kisah ini memang benar terjadi dalam diriku. Tapi karena sudah berlalu, ada beberapa pembicaraan kami yang mungkin aku tambahkan, karena aku terus terang lupa dengan detil pembicaraan kami berdua, khususnya sebelum kejadian waktu itu. Tapi untuk waktu dan tema pembicaraan memang benar adanya. Untuk nama tempat atau lokasi juga kami samarkan, demi kerahasiaan kami berdua. Foto: Dengan berdebar-debar akupun bergegas mengintip dari pintu, ternyata Anita! Ketika aku bukakan pintunya, Anita langsung bergegas masuk meninggalkan aku di depan pintu sambil terbengong-bengong. Hari itu Anita menggunakan kaus hitam berkerah rendah dilapisi dengan bleser coklat tua, dengan rok berbahan kulot bercorak coklat tua. Begitu sudah di dalam Anita langsung membuka blesernya yang ternyata memperlihatkan kausnya berlengan buntung. Menambah kontras dengan warna kulitnya yang putih bersih. Sementara aku hanya menggunakan T-Shirt dan bercelana pendek. Kemudian dia duduk di tepi tempat tidur, menghadap ke TV. "Kenapa sih lu, bengong gitu liatin gue?" kata Anita. "Nggak, cuma heran aja sama lu, masuk ke dalam tanpa ngomong, buka bletser terus duduk nonton TV" "Siapa yang mau nonton, gue kan cuma baru dateng. Sori, yah, gue nggak nyapa lu dulu. Malah nyelonong masuk. Terus terang gue bingung, jantung gue deg-degkan nih" kata Anita. Akupun menyadari suasana seperti itu, kemudian aku menawarkan minum kepada Anita untuk mengendurkan suasana yang kaku. Setelah aku membuatkan teh yang diminta Anita, akupun duduk di bawah sambil bersandar ke tempat tidur. Anita yang berada didekatku meminum teh suguhanku sambil tetap duduk di pinggir tempat tidur. Posisi ini membuat aku bisa mudah memperhatikan lekuk kakinya yang bagus, yang sejak dulu aku kagumi, karena tepat berada di samping mukaku. Putih bersih tanpa noda. Sekali kali aku membuka pembicaraan dengan topik yang umum saja. Maksud aku hanya untuk mengendurkan suasana, dan ternyata aku berhasil. Aku dapat melihat bahwa Anita sudah dapat rilex dengan susasana ini karena dapat menimpali pembicaraanku dengan cepat dan sekali-sekali tertawa mendengar celotehanku. Setelah Anita minum teh, dia berdiri dan meletakkan gelasnya di atas meja di samping TV, kemudian duduk dibawah, disamping kananku dengan bersandar pada tempat tidur. Sambil terus berbicara, aku mencoba memeluk pundaknya dari samping, dan tangan kiriku memegang tangan kirinya. Sambil terus kami berbicara, aku mencoba merasakan kehalusan kulitnya dengan sentuhan-sentuhan halus ujung jariku yang aku lakukan. Dari pundak aku sentuh turun ke telapak tangannya, silih berganti. Sentuhan-sentuhan lembut yang aku lakukan tidak di pungkiri membuat Anita terpengaruh, walaupun dia tetap saja berbicara. Terbukti bulu-bulu pada tengkuknya terlihat berdiri, karena ulahku itu. Ditambah lagi sekali-kali aku mencium pundaknya. Sentuhan tangan kananku yang tadi dengan tangan kiriku menyentuh tanganganya, kini berpindah ke perutnya, sementara tangan kiriku masih memberi sentuhan pada tangan kirinya. Sentuhan pada perutnya terus beranjak naik, sampai aku menyentuh payudaranya walau masih di balut dengan bra dan kausnya. Lama aku melakukan aksi tersebut sambil memberikan sentuhan dari luar. Kemudian tanganku itu turun kembali kebawah yang kemudian meyusupkan ke dalam kaus Anita. Sentuhan pada perutnya aku langsung berikan tanpa halangan dari kausnya. Terus naik ke atas sampai aku menemukan payudaranya yang masih terbungkus payudara. Begitu kenyal dan nikmat sekali rasanya, meremas-remas payudaranya dengan lembut, kemudian aku berusaha mencari-cari putingnya sambil terus meremas lembut serta memberi kecupan pada pundaknya. Anita yang sudah mulai merasakan perbuatanku itu sambil memejamkan matanya, sudah terdiam sejak tadi tiba-tiba menepis ulahku itu sambil menarik tanganku dari balik kausnya, "Sudah, yah.." kemudian dia mengecup bibirku, yang di jawab dengan lumatanku sambil terus memberi sentuhan. Kali ini yang manjadi sasaranku adalah kakinya, karena posisi Anita agak sedikit miring ke arah aku. Sedikit demi sedikit tanganku meraba, dan menyentuh kakinya sampai aku menyusupkan dibalik roknya. Didalam roknya tanganku mulai mencari-cari pangkal pahanya yang masih tertutup dengan celana dalamnya. Rangsangan yang aku berikan mungkin menambah panas suasana, karena Anita menyambut lumatanku dengan bergairah. Kemudian tanganya mulai meraba-raba gundukan di balik celana pendekku yang sejak dari tadi menegang hebat, yang kemudian aku membimbing tangannya untuk memasukkan ke dalam celanaku. Terus aku melanjutkan aksiku di dalam roknya. Aksinya yang memijat nikmat penisku dari dalam celana, membuat aku bernafsu sekali. Akupun menyudahi lumatanku dan kecupanku pada lehernya, dan langsung menurunkan kepalaku ke bawah, untuk memberi kecupan dan jilatan kecil pada kedua kakinya. Dari bawah, terus ke arah pangkal kaki, sedikit demi sedikit aku memberi sentuhan, kecupan dan jilatan pada kedua kakinya. Sampai akhirnya di pangkal kakinya, dengan menyibakkan roknya sedikit demi sedikit, akhirnya aku dapat melihat celana dalamnya yang berwarna coklat yang sangat muda. Akupun lebih bernafsu untuk memberikan jilatan disekitar pangkal pahanya. Begitu aku berniat untuk menurunkan celana dalamnya, Anita tiba-tiba berdiri dan duduk di pinggir tempat duduk. Posisi aku yang sudah terlanjur memegang karet CD-nya, malah membuat turun agak kebawah karena Anita berdiri. Anita yang tahu hal itu langsung menurunkan roknya dan duduk di samping tempat tidur. "Kita jangan sampai ML, yah?" kata Anita. "Memangnya kenapa? Tuang spermanya gimana? Gini aja, gue akan merangsang lu sampai keluar, setelah itu gue masukin punya gue dan tumpahkan sperma gue didalem, gimana? Soalnya kalau numpain doang mah, yang enak gue aja dong?" pintaku kemudian. "Sama aja donk kita ML?". "Nggak lama kok, paling kalau gue sudah nafsu banget kaya gini, paling lama semenit!" sergahku. "Makanya lu gue buat klimaks dulu, baru gue masukin". "Tapi.." belum sempat Anita meneruskan aku sudah melumat bibirnya yang seksi itu, sambil tangan kiriku meraba-raba selangkangannya dari balik rok. Terasa basah disitu. Kerena lumatanku dibibirnya dan rangsanganku dari bawah, Anita merebahkan dirinya diatas kasur dengan posisi kaki yang menjuntai ke bawah tempat tidur. Akupun masih terus bergerilya, atas-bawah. Kemudian aku menurunkan arah seranganku ke bagian bawahnya. Dari leher, pundak, aku remas payudaranya, terus ke perutnya, sampai dengan aku menyibakkan kembali roknya. Disitu aku melihat posisi celana dalamnya yang sudah merosot ke bawah, walaupun masih diatas dengkul, tapi sudah memperlihatkan bulu-bulu yang hitam dan halus serta terawat dengan rapi. Untuk beberapa saat aku masih kagum dan takjub dengan pemandangan itu. Dari posisi di samping Anita, akhirnya aku memberi sentuhan halus melalui bibir dan kecupanku di sekitar selangkangannya. Sedikit demi sedikit memberi kecupan dan sentuhan, dan terus turun ke kakinya, sampai aku turun dari atas tempat tidur memberi kecupan pada kakinya yang menjuntai kebawah. Kemudian masih terus mengecup kakinya dari bawah terus ke atas lagi, dan sedikit demi sedikit aku menarik turun celana dalamnya sambil memberi kecupan dan jilatan kecil pada sekujur kaki indahnya yang aku kagumi itu. Setelah celananya aku lepas, dalam posisi duduk di bawah dan menghadap ke arah selangkangan Anita, aku membuka kakinya lebar-lebar kemudian dengan meletakkan kedua pahanya di atas pundakku, dan aku langsung melahap vaginanya yang terawat sangat rapih sekali. Dengan kulit bersih, bulu yang halus, vagina yang dimiliki Anita sangat bagus sekali. Yang membuat diriku jadi bernafsu sekali dan ingin sekali menyutubuhinya. Aku melumat vaginanya dengan sangat bernafsu sekali, sampai terdengar erangan lepas Anita yang sudah tidak tertahankan sambil menggeliat kekiri dan kekanan. Erangan-erangan Anita tersebut membuat diriku lupa, dan terus melumat dan menjilat vagina nan indah itu, sambil memberi elusan kepada kedua pahanya dengan kedua tanganku. Elusanku itu kemudian beralih ke atas. Dari balik kausnya aku memberi sentuhan-sentuhan ke perutnya, sampai akhirnya aku memeras halus kedua payudaranya yang sebelumnya sudah aku keluarkan dari 'cup' yang hanya menutup setengah dari payudaranya. Remasan halus yang aku berikan memberikan nuansa kenikmatan tersendiri bagiku. Karena selain kulitnya yang sangat halus, ukuran dan kekenyalannya membuat aku makin bernafsu untuk menyetubuhinya. Walaupun aku belum melihat payudaranya secara langsung, karena masih tertutup di balik kaus. Setelah beberapa menit, tiba-tiba Anita mengangkat pantatnya tinggi-tinggi dan kedua kakinya menjepit kepalaku ke arah selangkanganku. Sambil setengah teriak yang tertahan Anita berkata, "Nnnto, .. Aku mau keluarr.. Aduhh!!" kemudian Anita mengejang untuk beberapa saat. Aku yang masih terus melahap vaginanya, merasakan ada cairan yang keluar dari dalam vaginanya. Setelah Anita terhempas lemas, aku masih saja membersihkan cairan cinta yang keluar dari dalam vaginanya. Setelah itu baru aku merangkak naik sambil menyibakkan kausnya untuk melihat payudaranya, setelah terlihat, aku menjilatinya dengan lahap. Anita yang masih keletihan setelah orgasme yang pertama, hanya terlihat pasrah saja. Karena aku sudah sangat bernafsu sekali, aku langsung melepas celanaku. Rotanku yang sudah sangat keras memang sedari tadi sudah membuat aku tidak nyaman. Dalam keadaan Anita yang pasrah tersebut, Aku langsung memasukkan penisku dalam lubang cinta milik Anita. Seret, tapi nikmat sekali. "Aduh! Ahh.." desah Anita sambil memejamkan matanya. Sedikit demi sedikit aku masukkan, kemudian aku tarik sedikit, aku masukkan lagi yang lebih dalam, yang akhirnya aku menyodoknya dalam-dalam sampai mentok dengan pangkal penisku. Kamipun menyatu, dan keinginan aku tadi untuk menyutubuhinya sudah terpenuhi. Karena desahan-desahan Anita yang membuat aku sangat bernafsu sekali, sambil memeluk tubuh Anita yang masih berpakaian lengkap aku segera menggenjot tubuhnya dengan cepat. Akhirnya dengan hitungan cepat pula, akupun sudah tidak tahan untuk menyemburkan lahar panasku. Aku langsung mendekap Anita kencang-kencang sambil menekan dalam-dalam penisku ke dalam vaginanya. "Ahh, .. Gue keluar" akupun menyemburkan cairan cintaku di dalam rahim Anita. Perasaan nikmat menjalar di dalam tubuhku. Untuk beberapa saat aku masih mendekap tubuh Anita karena belum mau melepaskan rasa nikmatku itu. Beberapa saat kemudian akupun bergulir terlentang disamping Anita. Sambil memegang tangannya, akupun berkata, "Enak banget punya lu, Nit. Untung lu bukan istri gue. Kalau Istri gue, ntar gue jadi males kekantor gara-gara nafsu terus ama lu". "Hehehe, punya lu juga enak kok. Cuma sayangnya cepet amat!" kata Anita, "Sepertinya barang lu itu lebih besar deh, dari punya Randy. Soalnya gue ngerasa agak mampet di vagina gue". "Masa sih? Ah, lu bisa-bisanya aja. Emang sih, tadi cepet banget. Abis gue sudah nafsu banget pingin nyetubuhin elu. Lagian tadi kan, lu bilang nggak mau ML. Jadi, dari pada waktu gue sudah nafsu banget dan sudah masukin barang gue tiba-tiba lu tadi nolak, atau kabur? Kan gue yang rugi. Mending gue nyetubuhin elu dengan cepat. Yang penting nafsu gue tersalurkan. kalau mau yang lama ntar aja kita coba lagi, yah?". "Hahaha, emang dasar lu! Emang lu nggak capek?" kata Anita sambil tertawa renyah, saking gemasnya membuat aku langsung melumat bibirnya yang seksi itu. Lama aku melumatnya, yang kemudian aku bangun meninggalkanya untuk pergi membersihkan penisku di kamar mandi. Di kamar mandi aku membersihkan sisa-sisa cairan cintaku yang masih melekat dengan air hangat shower. Tidak lama setelah aku masuk ke dalam kamar mandi, Anita ikutan masuk, untuk membersihkan cairan cintaku yang keluar dari vaginanya. Sambil mengangkat kaki kanannya ke atas closet dan menghadap ke cermin besar, Anita membersihkan vaginanya dengan tisyu WC. Sementara aku yang sedang mengeringkan penisku dengan handuk, terus memperhatikan kaki jenjang yang indah itu dan aktifitas Anita. Kakinya yang putih bersih nan indah itu, terlihat apik sekali kalau dilihat dari belakang yang tiba-tiba membuat libidoku naik. Rupanya Anita juga memperhatikan aku melalui pantulan cermin di depannya (shower berada di depan cermin). Dia tersenyum melihat aku tidak berkedip melihat dirinya. Senyumannya itu lho, aduh. "Nit, jangan senyum-senyum gitu, napa?" kataku dengan gemas. "Lhaa, emang kenapa? Kan lu juga ngeliatin gue terus, kan?" kata Anita. Aku menghampiri Anita yang masih sibuk membersihkan cairan yang merembes di paha sisi dalam. "Kok, di bersihin, Nit? katanya mau di jadiin?" "Cuma yang di luar aja, kok. Lagian nggak enak kalau buat jalan, ada sperma di paha gue". Sambil Anita bicara, aku mencium lehernya yang putih itu, sambil memeluknya dari belakang. "Ihh, geli doonk!" protes Anita, karena membuat tidak leluasa membersihkan pahanya. Aku nggak peduli, sambil jongkok malah terus menciumi kakinya yang terangkat itu sambil tangan kiriku mengelus sekujur kakinya yang berpijak di lantai, kemudian sedikit demi sedikit terus ke atas, sampai kemudian aku menciumi lehernya kembali. Dalam posisi berdiri dan setengah memeluk dari belakang, aku terus menerus menciumi Anita yang sudah mulai terpejam dan menikmati sentuhanku itu. Kemudian tangan kananku menuju selangkangannya dan bermain-main dengan lembut pada bulu-bulu halus dan sekitar vaginanya. Sementara tangan kiriku menyusup ke dalam kausnya mencari daging-daging kenyal yang tertutup bra.Sedikit demi sedikit Anita terpengaruh dengan aksiku itu. Tanpa membuang waktu lagi aku menyodorkan penisku yang sudah setengah online ke vaginanya. Perlahan tangan kananku itu membimbing penisku ke vagina Anita dari belakang, sementara Anita memberi peluang dengan meninggikan pantatnya dan tanganya bertumpu dengan sikunya pada pinggir wastafel. Rasa nikmat dan hangat menjalar pada kami berdua saat penisku masuk ke dalam vagina Anita. Kemudian aku menyodoknya perlahan sekali untuk memberi nuansa yang lebih nikmat dan sensual, sementara aku memeluknya dari belakang dan memeras lembut payudaranya, sambil terus mengecup tengkuknya dan lehernya. Perlakuanku tersebut membuat kami benar-benar menikmati persetubuhan kami itu. Sambil terpejam dan sekali-kali mengigit bibirnya, dari mulut Anita mengeluarkan suara desahan lembut. Aku menyetubuhinya berdiri dari belakang sambil memperhatikan Anita dari kaca, melihat gocangan payudaranya, desahannya, dan ekspresi mukanya yang sensual, menambah gairahku saat itu. Di menit yang kesekian, Anita menurunkan kakinya dari atas closet dan masih bertumpu di depan cermin, dia menunggingkan pantatnya ke belakang yang membuat aku dapat menikmati bongkahan pantat yang indah. Sambil sekali-sekali meremas pantatnya itu, aku menyodoknya terus menerus yang diimbangi oleh Anita dengan goyangan pada pantatnya dan menekan ke pangkal penisku. Menit demi menit berjalan dengan nikmat. Kami masih bertahan dengan posisi yang sama. Sampai aku merasakan denyutan halus di dalam vagina Anita yang makin terasa. Sambil menyusupkan tanganku di balik kausnya, yang membuat Anita dalam posisi nungging menyondongkan badannya ke belakang membuat aku dapat meremas payudaranya dengan mudah. "Ssshh, uuhh.. Hmm.. Ssh, gue mau sampai, To.." "Tahan sebentar yah Nit, gue juga.. Uhh, nikmat banget, tahan sebentar.." Aku merasakan denyutan di vaginanya kian terasa, yang kemudian Anita mulai mengejang. Akupun yang sudah sampai puncaknya, dengan rapat memeluknya dari belakang serta memberi sodokan-sodokan terakhir penisku dengan keras. Kamipun bergetar hebat, menikmati persetubuhan kami itu dengan klimaks bersama. Sementara cairan cintaku yang aku tumpahkan di dalam vagina Anita terasa hangat bercampur dengan cairan cintanya. Nikmatnya persetubuhan kami itu dirasakan oleh kami berdua, terbukti dengan bulu halus pada tengkuk Anita terlihat berdiri, yang kemudian aku kecup dengan lembut. Anita berbalik diperperlakukan seperti itu, kemudian mengecup lembut bibirku, yang aku jawab dengan kecupan-kecupan lembut pula dibibirnya yang seksi. Entah kenapa, aku merasa senang sekali memperlakukan Anita seperti itu. Sentuhan, kecupan yang lembut, aroma tubuh dan hembusan nafas serta dekapan kami berdua menambah mesra suasana romantis saat itu. Sementara suara TV di ruang tidur mengumandangkan lagu Cinta Kita dari Titi Dj, "Aku tetap bertahan.. walau badai datang menerjang.. Menjaga cinta, kita, slalu bersama.. Sungguh cinta kita tiada.. Duanya..". Kecupan demi kecupan, belaian demi belaian kami lakukan. Hembusan nafas yang memburu menambah gairah kami, yang sebelumnya telah melakukan persetubuhan dengan kenikmatan sensual dan romantis. Sambil berpagutan, aku mendorong Anita perlahan-lahan ke tempat tidur. Dalam posisi duduk di tepi tempat tidur, aku pangku Anita tanpa melepaskan pagutan kami berdua, yang menambah panas suasana di ruangan itu. Anitapun dengan bergairah melepaskan pakaianku yang masih tersisa, sementara akupun tidak tinggal diam. Kaus Anitapun aku buka, dan terpampanglah buah dada yang kenyal itu, sedikit terbungkus dengan bra. Aku langsung menciumi buah dada Anita sambil membuka ikatan dari depan. Setelah terbuka, aku pelintir putingnya dan aku sedot puting satunya. Dicium, menjilati, dan aku remas dengan lembut buah dada Anita yang indah itu dengan penuh kasih sayang. Desahanan Anita menjadi-jadi, setelah ia memasukkan penisku ke dalam vaginanya sendiri perlahan-lahan sekali. Sambil memeluk Anita, aku menciumi seluruh area dadanya, tanpa kecuali bahu dan ketiaknya, Sementara Anita perlahan tapi pasti menaik-turunkan tubuhnya dengan sekali-sekali memutar pantatnya dengan halusnya tatkala penisku tertancap jauh di dalam vaginanya. Menit demi menit, suasana romantis tersebut bertambah nikmat dengan perlakuan kami berdua, yang memberi belaian, kecupan, rangsangan dengan rasa cinta, romantis dan penuh kasih sayang. Goyangan Anita pun menjadi-jadi, dengan meningkatnya gairah kami berdua. Tatkala gerakan Anita bertambah cepat, akupun mendekapnya dengan erat sambil memberikan sodokan-sodokan ke atas, sampai jeritan panjang Anita yang merasakan ejakulasi setelah mendapat orgasmenya tersebut. Tanpa melepaskan pelukan, aku mengejang untuk beberapa saat dan menikmati persetubuhan kami yang nikmati dan kemudian memberikan kecupan sayang kepada Anita yang telah memberikan kenikmatan dalam persetubuhan. Sambil memeluk Anita, Aku ambuk ke belakang. Aku membelai rambutnya, mengecup kening dan bibir Anita yang terlihat sangat letih tapi terlihat cantik, walaupun terihat rambut seluruh mukanya dan tubuhnya basah bermandikan keringat. "Lu keliatan capek, Nit. Istirahat dulu aja," kataku. "Nggak ah, gue emang capek, tapi seneng banget ngelayanin lu. Abis enak banget!" kata Anita kemudian. "Enak barang gue, atau lu emang doyan sex?" "Dua-duanya sih.. Hahaha, tapi sentuhan lu itu lho, bikin gairah gue berkobar! Touch of Art.." Aku tertawa mendengar kelakar Anita tersebut. Kemudian aku bangkit menuju kamar mandi untuk buang air kecil dan membersihkan sisa cairan cinta kami berdua, sementara Anita Anita bergerak ke arah bantal besar diatas tempat tidur. Di kamar mandi aku menyempatkan untuk menghisap sebatang rokok kesukaanku. Sambil menghisap aku memandang cermin di depanku, "Bermimpikah aku ini" batinku. Aku cubit-cubit mukaku, perih. "Berarti aku nggak mimpi. Aku menyetubuhi Anita? Wah.." Sambil menghisap rokokku, aku tersenyum bangga sekali, karena bisa tidur dengan Anita. Setelah hisapan terakhir rokokku, aku berkumur dengan pengharum mulut dan kembali ke ruang tidur. Di atas tempat tidur, ternyata Anita sudah tertidur lelap. Dengan posisi setengah tengkurap (miring) ke kiri, satu kaki tertekuk ke depan, dan kaki satunya lurus sejajar dengan tubuhnya. Pemandangan erotis yang aku lihat, pantatnya yang bulat, dengan posisi seperti ini membuat libidoku naik dengan cepat. Perlahan-lahan aku merangkak menghampiri Anita. Dalam posisi yang sama, vagina Anita aku masukkan dengan penisku yang sudah setengah tegang, bless. Sedikit-demi sedikit aku masukkan dengan bantuan tangan kananku, sementara tangan kiriku membelai bongkahan pantatnya. Setelah penisku masuk hampir semua, aku maju-mundurkan perlahan-lahan, sementara kedua tanganku bergerilya ke suluruh kaki dan pantatnya. Sodokan-sodokan halus yang aku lakukan ternyata tetap membuat Anita tersadar dari tidurnya, yang kemudian menoleh ke arahku. "Auhh.. uhh, To.. Belai aku dong.. Nikmat juga nih! Geli.." kata Anita kemudian. Sodokanku kemudian lebih cepat dan berirama sambil mengusap sekujur tubuh serta meremas halus buah dadanya. Setelah puas, aku menyuruh Anita untuk tengkurap, dengan pantat ditinggikan. Dalam posisi tersebut, aku setubuhi Anita dari atas yang mengerang dan mendesah erotis sekali. Bongkahan pantat Anitapun tak luput dari remasan tanganku. Setelah aku bergerilya di seluruh tubuhnya, buah dadanya yang terhimpit dengan kasur tidak luput juga dari remasan tanganku. Sodokan demi sodokan aku berikan serta keringat kami yang membanjir, menghasilkan citra rasa dan gairah pada kami berdua. Erangan, desahan kami berdua serta sentuhan-sentuhan kami membuat gelora birahi kami memuncak. Sampai pada puncak gairah kami itu, aku menyuruh Anita untuk terlentang. Dengan gaya konvensional tersebut, aku setubuhi Anita sambil memeluk erat tubuhnya untuk mengakhiri sesi ini. Dekapan aku buat dan pagutan kami diakhiri dengan ejakulasi kami yang hampir bersamaan. Bermula dari aku yang mengejang sambil mendekap erat tubuh Anita serta mengigit lehernya dengan bibirku, kemudian Anita menyusul dengan mendekap punggungku dengan himpitan kakinya yang erat pada pinggangku, menambah pesona tersendiri bagi kami berdua karena menambah masuknya penisku ke dalam vagina Anita. Setelah itu aku memberikan ciuman mesra kepada Anita dengan rasa sayang. Menit berikutnya aku ambruk disampingnya. Peluh kami sudah tidak terkira banyaknya disertai nafas kami berdua yang tersenggal. Setalah itu kamipun mandi berdua, sambil bercanda aku dan Anita saling memandikan dengan mesranya. Setelah selesai, kami mengeringkan tubuh kami bersama dan pergi ke tempat tidur. Diatas tempat tidur, kami tidur berpelukan dengan mesra tanpa ada rasa canggung. Sementara di TV menampilkan lagu 'Bilakah' dari grup musik Ada Band, kamipun kemudian tertidur pulas. Aku tidak tahu sudah berapa lama tertidur, sampai kurasakan ada sesuatu yang geli pada selangkanganku. Sewaktu terbangun, kulihat Anita sedang mengulum dan menjilati penisku seperti makan candy. Dari mulai biji pelir sampai lubang penisku, tidak luput dari sergapan lidah dan kuluman Anita. Rasa nikmat menjalar di sekujur tubuhku tatkala Anita mengulum penisku disertai dengan sentuhan giginya di ujung penisku. Penisku yang sudah mengeras bertambah keras diperlaskukan sedemikian rupa olehnya. Setelah itu Anita mengambil posisi berjongkok di atas penisku. Sambil mencengkram dan membimbing penisku ke arah lubang cintanya, sedikit-demi sedikit penisku masuk. Kemudian ditarik kembali, digosok-gosokkan di sekitar lubang vaginanya dan dimasukkan kembali. Setelah amblas sampai biji pelirku menyentuh bibir kemaluiannya, Anita mulai menaik-turunkan tubuhnya perlahan-lahan. Aku tidak tinggal diam. Kuremas pantatnya silih berganti yang kemudian beralih pada buah dadanya. Anita yang bergerak naik turun dengan cepat kemudian memutar-mutar pantatnya diatasku, membuat rasa sensualitas pada gairah kami berdua. Kemudian dia menunduk untuk merapatkan tubuhnya diatas dadaku, yang aku balas dengan dekapan mesra dan ciuman bertubi-tubi pada bibir dan lehernya sambil memberikan sodokan keras dari bawah. Aku kemudian meminta Anita untuk memutar tubuhnya membelakangi diriku. Dalam posisi tetap di bawah, aku dapat memelihat bongkahan pantatnya menghantam penisku dengan mantap. Akupun dapat leluasa meremas pantatnya dengan sekali-kali meremas-remas punggungnya. Menit berlalu tanpa terasa, dengan posisi yang sama kami meraup kenikmatan dan sensualitas bersama. Setelah itu aku meminta Anita untuk menungging. Dengan posisi doggy style aku menyetubuhinya sambil meremas buah dadanya dengan lembut. Sodokan-sodokan yang lembut, gigitan kecil dan usapan lembut pada sekujur tubuh Anita membuat diriku tidak dapat membendung gairah puncakku itu. Yang kemudian aku meminta Anita untuk kembali pada posisi awal, aku dibawah dan Anita diatas untuk dapat mendekapnya dengan mesra. Sodokanku dari bawah dan himpitan selangkangan Anita dari atas menambah menit akhir orgasme kami kian dekat. Sambil menyodok dari bawah akupun mengusap lembut lubang duburnya yang kemudian menambah getaran tubuh dan denyutan yang keras pada vaginanya. Pada posisi tersebut dan saling mendekap erat, kami mengakhiri persetubuhan kami itu dengan tubuh kami yang saling mengejang dan semburan cairan cinta kami di dalam rahim Anita. Setelah berakhir, Anita jatuh disisiku dengan rasa yang sungguh nikmat. "Uhhff.. Baru kali ini gue ngerasain enaknya bercinta," kataku kemudian. "Kalau tahu seperti ini, mungkin dari dulu gue sudah minta ke elu sebelum elu digosok abis ama laki lu.." "Enak aja lu! Emang gue mau ngasih perawan gue ke elu! Jangan konyol.." kata Anita sambil melempar bantal ke arahku. "Eh, tapi kan elu tadi nikmatin juga persetubuhan kita?" "Iya siih, tapi kan karena gue mau cepet dapat anak. Kalau perawan gue tetep dikasih ke suami gue, donk" "Seett, pelit amat sih lu!!" kataku itu disambut dengan lemparan bantal lagi oleh Anita. Aku yang sudah tahu gelagat dapat menghindari lemparan tersebut dan lari ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai giliran Anita untuk membersihkan diri. Waktu sudah menunjukkan hampir jam tujuh malam, ketika Anita pamit kepadaku untuk kembali ke rumah. Akupun mendekapnya dengan mesra serta memberinya kecupan pada kening dan bibirnya. Setelah itu kamipun berpisah, Anita pulang dan aku tetap di hotel, kembali istirahat untuk mengembalikan staminaku yang terkuras. Aku memang berminat checkout pagi-pagi setelah sarapan. Hari-hari berikutnya di kantor, aku tetap bertemu dengan Anita. Bila bertemu dan berbicara, kami berbicara dan bersikap seperti biasa saja seolah-olah tidak ada kejadian apapun pada kami berdua. Sampai kira-kira pada minggu ke-2 atau ke-3 setelah kejadian itu, Anita memberi kabar bahwa dia hamil. Dan Anita memastikan bahwa anak yang dikandung tersebut adalah anakku, karena disesuaikan dengan umur kandungan dan peristiwa yang kami lakukan. Dari perselingkuhannya dengan aku pertama kali hingga kini, aku telah melakukan persetubuhan dengannya dua kali lagi, dimulai dari Anita memberitahukan bahwa dirinya hamil. Walaupun kami tidak melakukannya seperti pertama (kami hanya melakukan sekali setiap pertemuan), karena takut merusak janin yang ada dalam kandungannya. Sampai kami sepakat untuk tidak melakukannya lagi, mengingat tujuan perselingkuhan kami semula, dan untuk menghormati suami Anita. Kisah ini memang benar terjadi dalam diriku. Tapi karena sudah berlalu, ada beberapa pembicaraan kami yang mungkin aku tambahkan, karena aku terus terang lupa dengan detil pembicaraan kami berdua, khususnya sebelum kejadian waktu itu. Tapi untuk waktu dan tema pembicaraan memang benar adanya. Untuk nama tempat atau lokasi juga kami samarkan, demi kerahasiaan kami berdua.